Dikutip dari
Reuters, perusahaan mobil terbesar ketiga di Jepang ini dijadwalkan mengumumkan laporan keuangan untuk tahun bisnis yang berakhir Maret 2025 pada Selasa, 13 Mei 2025 waktu setempat.
Bulan lalu, Nissan telah memberi peringatan bahwa mereka kemungkinan akan mengalami kerugian bersih terbesar dalam sejarah, yaitu sekitar 700-750 miliar Yen (sekitar Rp79–86 triliun), akibat penurunan nilai aset perusahaan.
Seperti banyak produsen mobil lainnya, Nissan kesulitan bersaing dengan merek mobil listrik asal China. Selain itu, keuntungan perusahaan juga tertekan oleh tarif perdagangan dari Amerika Serikat (AS).
CEO Ivan Espinosa, yang mengambil alih jabatan kepala eksekutif dari Makoto Uchida bulan lalu, sedang merestrukturisasi operasi Nissan dan sebelumnya mengatakan perusahaan sedang mempertimbangkan langkah-langkah ekstra.
Nissan, yang memiliki lebih dari 133.000 staf hingga Maret tahun lalu, mengumumkan rencana November lalu untuk memangkas 9.000 pekerjaan dan mengurangi kapasitas global sebesar 20 persen.
Dikatakan pula bahwa Nissa akan menutup sebuah pabrik di Thailand pada bulan Juni dan menutup dua pabrik lagi yang tidak disebutkan identitasnya.
Pada Jumat, Nissan juga dilaporkan telah memutuskan untuk membatalkan rencana pembangunan pabrik senilai 1,1 miliar Dolar AS, yang akan menerima subsidi pemerintah, untuk baterai kendaraan listrik di pulau Kyushu di barat daya Jepang.
Setelah kabar terbaru ini beredar, harga saham Nissan sempat naik hingga 5,5 persen pada awal perdagangan hari Selasa.
BERITA TERKAIT: