Nilai kerugian ini menyusut 12,5 persen, lebih kecil dari kerugian tahun lalu pada periode yang sama.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, kerugian ini sebagian besar disebabkan beban keuangan 124,57 juta Dolar AS dari restrukturisasi pembiayaan jangka panjang yang dilakukan sebagai strategi pemulihan bisnis (
turnaround).
Meski merugi, Garuda Indonesia masih optimis bisa tumbuh signifikan pada segmen komersial. Ditambah, pendapatan operasional Garuda tercatat tumbuh tipis 1,63 persen YoY menjadi 723,56 juta Dolar AS (Rp11,9 triliun).
Ia merinci, pendapatan dari layanan tidak berjadwal (
charter) juga tumbuh hingga 92,88 persen dibanding kuartal I-2024, terutama didorong oleh tingginya permintaan pada pasar umrah dan perjalanan kelompok.
“Kinerja
charter yang melonjak menjadi katalis penting dalam memperkuat fondasi bisnis. Di saat yang sama, kami juga tengah mengakselerasi program optimalisasi kapasitas melalui penambahan armada, dengan target mencapai 100 pesawat hingga akhir 2025,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani, Selasa 6 Mei 2025.
Selama kuartal I-2025, trafik penumpang
charter meningkat 104 persen dengan total 24.618 penumpang. Penerbangan umrah tercatat sebagai kontributor utama dari 69 penerbangan
charter yang dioperasikan Garuda.
Selain segmen
charter, peningkatan volume penumpang dan kargo turut menopang pendapatan perseroan. Garuda Indonesia mengangkut total 5,12 juta penumpang selama Januari hingga Maret 2025, terdiri dari 2,64 juta penumpang Garuda dan 2,48 juta dari Citilink.
Tingkat keterisian kursi atau
seat load factor juga meningkat menjadi 78,8 persen, naik lima poin dibandingkan tahun lalu.
Pada sektor kargo, total angkutan barang mencapai 58.145 ton atau tumbuh lima persen dibandingkan kuartal I-2024. Dari jumlah tersebut, Garuda menyumbang 34.715 ton dan Citilink 23.430 ton.
Di tengah tekanan finansial, Garuda Indonesia juga mencatatkan arus kas operasi bersih sebesar 162,27 juta Dolar AS, naik 87,15 persen secara tahunan.
BERITA TERKAIT: