Proyek ekosistem baterai EV senilai total 16 miliar Dolar AS atau sekitar Rp 240 triliun itu telah memasuki tahap joint venture dengan perusahaan baterai EV terbesar asal Tiongkok, Contemporary Amperex Technology Co Limited (CATL).
Langkah ini diharapkan dapat menghasilkan kerja sama yang menguntungkan bagi kedua belah pihak serta memperluas pasar untuk komoditas mineral Indonesia.
Direktur Utama Antam Nico D. Kanter mengatakan, Proyek Dragon saat ini sedang memasuki tahap persiapan dan Feasibility Study (FS) untuk pembangunan fasilitas Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) sebagai bagian dari tahapan lanjutan.
“Kami menargetkan konstruksi pabrik Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dan pengembangan Kawasan Industri Buli di Halmahera Timur, Maluku Utara, dapat dimulai tahun ini,” ujar Nico dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, dikutip Sabtu 15 Maret 2025.
Antam mengelola kawasan industri tersebut melalui anak usahanya, PT Feni Haltim (FHT), yang akan menjadi pusat produksi bahan baku baterai EV.
Antam juga segera membangun pabrik High-Pressure Acid Leaching ( HPAL ) di kawasan industri tersebut.
"Jadi, ini adalah satu-satunya ekosistem baterai EV yang ada di dunia, yang ada di satu negara," ucap Nico.
Proyek lain yang masuk prioritas Antam pada 2025 adalah hilirisasi bauksit.
BERITA TERKAIT: