Menurut data yang dirilis Rabu 19 Februari 2025 dan dilaporkan
Nikkei Asia, nilai kenaikan ekspor mencapai 7,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sedikit di bawah perkiraan pasar sebesar 7,9 persen.
Sementara itu, impor Jepang tumbuh lebih signifikan, naik 16,7 persen pada periode yang sama, melebihi ekspektasi pasar sebesar 9,7 persen. Akibatnya, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar 2,759 triliun Yen (sekitar Rp281,48 triliun), lebih besar dari perkiraan defisit 2,1 triliun Yen (sekitar Rp224,7 triliun).
Secara khusus, ekspor ke Tiongkok menurun 6,2 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara ekspor ke Amerika Serikat meningkat 8,1 persen.
Pemerintah Jepang menyatakan kekhawatirannya terhadap kebijakan tarif yang diterapkan oleh Presiden AS Donald Trump.
Trump mempertimbangkan pengenaan tarif 25 persen pada mobil impor, yang dapat berdampak signifikan pada ekonomi Jepang mengingat ketergantungannya pada ekspor, terutama ke pasar AS. Selain itu, Jepang telah meminta pengecualian dari tarif impor baja dan aluminium yang diberlakukan oleh AS.
Meskipun ekspor terus menjadi pendorong utama pemulihan ekonomi Jepang, beberapa analis memperingatkan bahwa inflasi yang berkelanjutan pada harga makanan dan barang kebutuhan sehari-hari dapat menghambat pertumbuhan konsumsi domestik.
BERITA TERKAIT: