Naiknya harga Dolar ini dipicu oleh rencana Presiden AS Donald Trump yang akan mengenakan tarif baru sebesar 25 persen pada semua impor baja dan aluminium.
Trump juga akan mengumumkan tarif timbal balik (resiprokal) setelahnya, yang akan diterapkan pada semua negara dan disesuaikan dengan tarif yang dikenakan oleh masing-masing negara.
Rencana tersebut kemungkinan akan ikut menekan Euro serta Dolar Australia dan Selandia Baru yang berfokus pada komoditas serta menambah kekhawatiran atas perang dagang global.
Sementara itu, bea masuk balasan China atas barang-barang Amerika Serikat yang akan mulai berlaku hari ini.
Dikutip dari
Reuters, Euro melemah 0,1 persen menjadi 1,0317 Dolar AS pada awal sesi Senin.
Dolar Australia tertekan 0,21 persen menjadi 0,6264 Dolar AS.
Dolar Kanada juga tertekan lebih dari 0,2 persen. Kanada merupakan pemasok logam aluminium primer terbesar ke Amerika Serikat.
Investor saat ini memecah fokusnya, selain pada rencana pengumuman Trump tersebut, juga tertuju pada data inflasi Amerika yang akan diumumkan pada Rabu mendatang.
Laporan ketenagakerjaan Januari mengirimkan pesan optimistis tentang pasar tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, menurut para analis.
"Pandangan terbaru kami adalah tidak ada perubahan dalam suku bunga the Fed selama 2025 dengan kemungkinan akan tetap berada dalam kisaran 4,25 hingga 4,5 persen. Sebelumnya kami memperkirakan hanya akan ada satu pemotongan lebih lanjut sebesar 25 bps pada pertemuan Maret atau Mei," kata analis Macquarie.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, stabil di posisi 108,23 pada awal perdagangan. Poundsterling bergeser menjadi 1,23915 Dolar AS.
Yen Jepang jatuh 0,4 persen menjadi sekitar 152 per Dolar.
BERITA TERKAIT: