“Pengunduran diri tersebut akan disampaikan untuk memperoleh keputusan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan yang akan diselenggarakan pada tahun 2025,” isi dokumen yang ditandatangani oleh Sekretaris Perusahaan BCA Raymon Yonarto, dalam keterbukaan informasi yang dikutip Rabu 18 Desember 2024.
Menilik data Bursa, Djohan Emir menjadi salah satu pemegang saham emiten bank swasta terbesar di Tanah Air itu dengan jumlah signifikan.
Djohan Emir tercatat memiliki 106.824.845 saham BBCA, atau setara dengan persentase 0,087 persen dari keseluruhan saham yang ada.
Saham BBCA pada penutupan perdagangan kemarin, Selasa 17 Desember 2024, berada pada level Rp9.900. Sehingga kepemilikan Djohan ditaksir mencapai Rp1,07 triliun.
Djohan mengemban jabatan sebagai Presiden Direktur BCA pada 1999 hingga 2011. Tanggung jawabnya mencakup Koordinasi Umum, Divisi Internal Audit, Perencanaan Perusahaan, Keuangan dan Akuntansi, serta Sekretariat Perusahaan.
Djohan kemudian diangkat sebagai Presiden Komisaris perseroan pada RUPS Tahunan BCA 2011 dan mendapat persetujuan Bank Indonesia (BI) pada 25 Agustus 2011.
Di bawah kepemimpinannya, laba BCA terus melejit. Nama Djohan Emir dikenal sebagai salah satu tokoh yang menyelamatkan BCA dari hantaman krisis moneter pada 1998. Djohan Emir juga berhasil membalik status BCA sebagai Bank Take Over (BTO) oleh pemerintah menjadi perusahaan sehat.
Di kuartal III, BBCA dan entitas anak membukukan peningkatan total kredit sebesar 14,5 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp877 triliun.
Dikutip dari laman resmi BCA, laba bersih BBCA dan entitas anak tumbuh 12,8 persen YoY menjadi Rp41,1 triliun pada sembilan bulan pertama tahun 2024, ditopang ekspansi pembiayaan berkualitas serta peningkatan volume transaksi dan pendanaan.
Manajemen mengatakan, peningkatan kredit hingga September 2024 merefleksikan komitmen BCA dalam mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.
Penyaluran pembiayaan per September 2024 ditopang kredit korporasi yang menjadi segmen dengan pertumbuhan tertinggi, naik 15,9 persen YoY mencapai Rp395,9 triliun.
Pertumbuhan kredit yang solid diikuti dengan terjaganya kualitas pembiayaan perseroan.
Di sisi pendanaan, BCA melaporkan total dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 3,4 persen secara tahunan menyentuh Rp1.125 triliun. Kemudian, dana giro dan tabungan (current account saving account/ CASA) naik sekitar 5,2 persen ke level Rp915 triliun.
BERITA TERKAIT: