Menteri BUMN Erick Thohir menginstruksikan maskapai pelat merah seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), Citilink, dan Pelita Air untuk memperkuat armada mereka dengan membeli lebih banyak pesawat dari Boeing, produsen asal Amerika Serikat AS.
Dalam pertemuannya dengan perwakilan bisnis AS, Kamala Shirin Lakhdhir, di Kementerian BUMN baru-baru ini, Erick mengungkapkan, pentingnya kerja sama dengan Boeing mengingat jumlah pesawat komersial di Indonesia saat ini hanya 390 unit, jauh dari target yang seharusnya mencapai 700 unit.
Pertemuan Erick dengan Kamala Shirin adalah tindak lanjut dari kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke AS beberapa waktu lalu.
Kata Erick, pengadaan pesawat harus mempertimbangkan berbagai opsi, baik dari Boeing, Airbus, Comac (China), maupun produsen lain seperti Rusia, meski nampaknya ia lebih memprioritaskan Boeing untuk maskapai-maskapai BUMN.
Kerja sama dengan Boeing, selain sebagai upaya menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS, ia juga berharap kerja sama ini bisa membuka jalan bagi BUMN ke pasar internasional, khususnya pasar AS.
Namun begitu, Erick menekankan penting memiliki peta jalan yang jelas. Ia akan memastikan proses negosiasi antara Garuda, Citilink, Pelita Air, dan pihak leasing company berjalan sesuai rencana.
Erick pun meminta agar Exim Bank dan perusahaan leasing terkait bisa bernegosiasi dengan maskapai pelat merah.
Kerja sama Indonesia dengan AS terkait pengadaan pesawat telah berjalan baik.
Bahkan, Garuda dengan Boeing telah menandatangani perjanjian untuk membeli 50 unit Boeing 737 Max 8.
Namun, hingga akhir 2021, sebanyak 49 unit dari pesanan tersebut belum dikirimkan.
Penundaan pengiriman ini terkait dengan insiden yang menimpa Boeing 737 Max 8 beberapa tahun lalu. Namun, meski sempat ada hambatan, langkah Erick untuk mendorong pembelian pesawat Boeing dinilai menjadi angin segar bagi industri penerbangan nasional.
Menurut Erick, kerja sama pengadaan pesawat itu harus dilakukan karena dalam 10 tahun lagi penerbangan Indonesia dapat "terbelenggu" dengan jumlah pesawat yang kurang.
Kerja sama Ini diharapkan dapat membantu Garuda dan maskapai pelat merah lainnya untuk memperkuat posisi mereka di pasar domestik maupun internasional.
Saat ini, Garuda memiliki 159 pesawat. Angka ini jauh menurun dibandingkan sebelum pandemi yang mencapai 210 unit.
Penurunan signifikan terjadi selama tahun 2021-2022 akibat dampak pandemi. Saat ini, Garuda fokus pada optimalisasi armada yang tersedia sambil terus merancang rencana pengadaan baru.
Berdasarkan laporan keuangan terbaru yang dikutip Sabtu 7 Desember 2024, Garuda Indonesia mencatatkan total uang muka untuk pembelian pesawat sebesar Rp 494 miliar.
Rinciannya adalah Rp 383,49 miliar untuk pesawat Boeing, Rp 77,59 miliar untuk Airbus, dan Rp 33,13 miliar untuk ATR 72-600.
BERITA TERKAIT: