Berdasarkan laporan monitor fiskal terbaru dari Dana Moneter Internasional (IMF), sebagian besar peningkatan utang itu berasal dari China dan Amerika Serikat (AS).
IMF dalam laporannya mengatakan bahwa utang publik meningkat di seluruh dunia dan diperkirakan akan melampaui 100 triliun Dolar AS atau setara dengan Rp1.563.675 triliun pada akhir tahun ini.
"Dua ekonomi terbesar dunia, China dan Amerika Serikat, menjadi pendorong utama peningkatan tersebut," bunyi laporan tersebut yang dirilis pada Rabu 23 Oktober 2024.
Peningkatan utang ini terjadi setelah utang global sempat turun pada 2021-2022, dan kembali meningkat pada 2023 dengan rasionya diproyeksikan akan mendekati 100 persen PDB pada 2030.
Adapun utang publik Amerika Serikat pada 2023 sendiri tercatat mencapai 118,7 persen PDB. Tahun ini jumlahnya diproyeksikan meningkat hingga 121 persen PDB dan akan mencapai 131,7 persen pada 2029.
Sementara, pada tahun depan IMF memperkirakan utang publik AS meningkat menjadi 124,1 persen PDB.
Di sisi lain, rasio utang publik China terhadap PDB mencapai 84,4 persen pada 2023. Tahun ini, angkanya diperkirakan meningkat hingga 90,1 persen dari PDB negeri tirai bambu itu, dan akan mencapai 111,1 persen pada 2029. Sementara utang publik China pada 2025 diperkirakan naik menjadi 93,8 persen.
Sementara itu utang publik Rusia diproyeksikan meningkat sedikit menjadi 19,9 persen PDB pada akhir tahun ini dan naik lagi menjadi 25,1 persen pada 2029. Pada 2025, IMF memperkirakan utang publik Rusia turun menjadi 20,4 persen PDB.
Meski demikian, IMF mengatakan utang negara atau utang publik di sekitar dua pertiga negara lain di dunia diproyeksikan tetap stabil atau bisa juga menurun pada 2029.
BERITA TERKAIT: