Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, sesi perdagangan di Asia diwarnai dengan keraguan investor dalam menantikan keputusan The Fed. Indeks Nikkei di Bursa saham Jepang yang sempat melonjak signifikan kemudian beralih merah untuk selanjutnya menutup dengan naik moderat. Indeks Nikkei naik 0,49 persen dengan terhenti di 36.380,17. Pola berbeda terjadi pada indeks ASX200 di Australia, di mana konsisten menjejak gerak di rentang sempit di sepanjang sesi perdagangan. Indeks ASX200 kemudian mengakhiri sesi dengan naik sangat tipis 0,01 persen di 8.142,1.
Situasi gerak malas di bursa saham Asia ini kemudian dengan mudah menular di Jakarta. Sentimen domestik akhirnya datang dari keputusan Bank Indonesia menyangkut suku bunga. Laporan lebih jauh menyebutkan, pihak Bank Indonesia secara mengejutkan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen menjadi 6 persen. Namun keputusan kejutan dari bank Sentral ini terlihat gagal mengangkat IHSG. Gerak IHSG bahkan terkesan tak terpengaruh usai rilis keputusan bank sentral tersebut. IHSG bahkan terlihat berulangkali terjerembab di zona penurunan tipis secara temporer namun selalu mampu berbalik hijau. IHSG akhirnya menutup sesi dengan terpeleset merah alias turun sangat tipis 0,03 persen di 7.829,13.
Serangkaian laporan yang beredar sebelumnya menyebutkan, pelaku pasar yang memperkirakan pihak Bank Sentral akan mempertahankan besaran suku bunga dalam pertemuannya kali ini. Namun kejutan penurunan suku bunga yang semestinya mampu mengangkat IHSG lebih tajam, terlihat sulit terwujud.
Sikap pelaku pasar di Jakarta terlihat sulit mengelak dari keraguan yang sedang hinggap di bursa global. Pantauan lebih jauh dari jalannya sesi perdagangan di Jakarta menunjukkan, gerak saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan yang bervariasi.
Sejumlah saham unggulan mampu bertahan hijau, seperti: BBRI naik 0,94 persen di Rp5.350, TLKM naik 0,97 persen di Rp3.120, ASII naik 3,44 persen di Rp5.250, BBCA naik 1,19 persen di Rp10.625, dan BBNI naik 0,88 persen di Rp5.700. Sedangkan saham unggulan lainnya turun, seperti: ADRO turun 2,92 persen di Rp3.650 dan BMRI turun 0,33 persen di Rp7.400.
Gerak bervariasi saham unggulan yang cenderung berada di rentang terbatas ini, sekaligus mencerminkan keraguan investor dalam mengantisipasi sentimen dari keputusan penurunan suku bunga oleh The Fed pada Kamis besok dinihari waktu Indonesia Barat.
Rupiah Konsisten MerahSituasi lebih buruk terjadi pada nilai tukar Rupiah, di mana gerak melemah moderat terjadi dengan konsisten di sepanjang sesi perdagangan. Pelemahan terbatas Rupiah ini terjadi di tengah gagalnya mata uang utama dunia melanjutkan penguatan setelah berupaya melonjak signifikan pada 24 jam terakhir sesi perdagangan. Hingga sesi perdagangan sore ini di Asia, mata uang Euro terlihat gagal untuk semakin mendekati level psikologis nya di kisaran 1,1200 untuk kini bergulat di kisaran 1,1130-an.
Pola tak jauh berbeda mendera Poundsterling di mana setelah mampu menembus level psikologisnya di kisaran 1,3200-an, dalam 20 jam terakhir telah berbalik dan konsisten menjejak di bawah kisaran 1,3200. Akibat dari gerak lemas mata uang utama dunia tersebut, Rupiah akhirnya terpeleset di zona pelemahan terbatas.
Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp15.329 atau flat. Pantauan juga memperlihatkan, gerak di rentang sempit yang seragam mendera seluruh mata uang Asia. Penantian terhadap keputusan pimpinan The Fed terkait penurunan suku bunga menjadi latar utama gerak malas di pasar uang.
Rilis keputusan kejutan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia terlihat hanya sedikit berpengaruh pada gerak nilai tukar Rupiah. Pantauan RMOL menunjukkan, usai rilis kejutan dari bank Sentral itu, gerak Rupiah yang memang kian melemah, namun kisaran pelemahan terlihat tidak signifikan. Rupiah bahkan terlihat berupaya mengikis pelemahan di ujung sesi perdagangan sore. Pada akhirnya, pelaku pasar kembali beralih menantikan keputusan The Fed.
BERITA TERKAIT: