Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Cadangan Devisa Tembus Rekor $150,2 Miliar, IHSG 7.754

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Sabtu, 07 September 2024, 00:28 WIB
Cadangan Devisa Tembus Rekor $150,2 Miliar, IHSG 7.754
Ilustrasi (Foto: Antara)
rmol news logo Usai mendapatkan berkah kunjungan Paus Fransiskus yang berhasil menjadi magnet nasional dalam beberapa hari terakhir, Indonesia benar-benar sedang sangat beruntung dalam akhir pekan ini. Adalah rilis data cadangan devisa terkini yang menjadi motor optimisme kali ini.

Laporan menyebutkan, besaran cadangan devisa yangencapai $150,2 miliar di bulan Agustus lalu. Besaran tersebut tercatat sebagai rekor tertinggi sepanjang sejarah Indonesia. Catatan juga menunjukkan, besaran tersebut setara dengan pembiayaan impor selama 6,7 bulan. Sebuah capaian yang lumayan mengesankan bagi kinerja perekonomian nasional.

Dengan latar rilis data tersebut, optimisme di Bursa saham Indonesia akhirnya tak terelakkan. Di tengah gerak ragu indeks di bursa saham utama Asia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) malah berhasil mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah di sesi penutupan pekan ini, Jumat 6 September 2024.

Sejumlah laporan yang beredar dari jalannya sesi perdagangan di Asia menunjukkan, rilis data perekonomian terkini dari Jepang menyangkut belanja rumah tangga untuk bulan Juli yang hanya tumbuh 0,1 persen, membuat pelaku pasar di negeri sakura itu jatuh dalam pesimisme. Data tersebut jauh dari ekspektasi investor yang berada di kisaran 1,2 persen.

Tekanan jual akhirnya menghajar bursa saham Jepang untuk memerosokkan Indeks Nikkei. Hingga sesi perdagangan ditutup, Indeks Nikkei tumbang 0,72 persen dengan menyisir posisi 36.391,47. Namun penurunan lebih buruk terjadi di bursa saham Korea Selatan, dengan Indeks KOSPI tersungkur 1,21 persen setelah berakhir di 2.544,28. Bursa saham utama Asia hanya menyisakan Australia yang mampu bertahan hijau, dengan indeks ASX200 naik moderat 0,39 persen setelah menutup sesi di 8.013,4.

Kinerja jauh dari bersahabat di bursa saham Asia tersebut terlihat sangat seiring dengan sesi perdagangan di Wall Street sebelumnya yang juga berakhir dengan mixed dengan kecenderungan melemah. Situasi agak berbeda justru terjadi pada bursa saham Indonesia dengan IHSG mampu menyisir zona hijau secara konsisten di sepanjang sesi perdagangan.

IHSG kemudian menutup sesi dengan melonjak signifikan 0,53 persen di 7.721,8 setelah sempat mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah di kisaran 7.754,47. Pantauan dari jalannya sesi perdagangan memperlihatkan gerak naik IHSG kali ini yang cukup meyakinkan, di mana tercermin dari kinerja saham unggulan. Sebagian besar saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan melonjak dalam rentang bervariasi.

Diantaranya saham BBRI naik 1,45 persen di Rp5.225, BMRI naik 1,04 persen di Rp7.250, BBNI naik 3,66 persen di Rp5.650, BBCA naik 0,48 persen di Rp10.300, TLKM naik 0,66 persen di Rp3.040, INDF naik 0,71 persen di Rp7.025, serta AALI naik 3,92 persen di Rp6.625. Sementara saham unggulan yang tercecer di zona merah datang dari sektor tambang akibat koreksi teknikal, seperti ADRO turun 2,25 persen di Rp3.470, ITMG turun 0,18 persen di Rp27.225, serta UNTR turun 1,72 persen di Rp27.050.

Dolar AS Segera di Rp15.000

Situasi mengesankan di bursa saham semakin lengkap dengan laporan identik yang datang dari pasar uang. Nilai tukar Rupiah, sebagaimana diperkirakan sebelumnya, kembali mampu membukukan penguatan dalam menutup pekan ini. Gerak Rupiah memang sempat melemah tipis di awal sesi perdagangan, namun dengan cepat beralih ke zona penguatan dan secara konsisten menginjak zona hijau hingga sesi perdagangan sore berlangsung. Sentimen dari rilis data cadangan devisa yang mencetak rekornya semakin mengukuhkan Rupiah untuk melaju.

Hingga ulasan ini disunting, Rupiah tercatat diperdagangkan di kisaran Rp15.360 per Dolar AS atau menguat 0,22 persen. Gerak menguat Rupiah juga terlihat seiring dengan situasi di pasar Asia, di mana mata uang Asia cenderung mampu menundukkan Dolar AS dalam rentang bervariasi. Pola serupa juga terjadi pada mata uang utama dunia, di mana nilai tukar Euro semakin meninggalkan level psikologisnya di kisaran 1,1100 dan Poundsterling yang semakin dekat untuk menembus level psikologis di 1,3200.

Penguatan mata uang utama dunia kali ini dilatari aksi pelaku pasar yang mencoba mengantisipasi rilis data non-farm payroll (NFP) AS yang akan dilakukan malam nanti waktu Indonesia Barat. Penguatan Rupiah dalam menutup pekan ini, sesungguhnya tak lepas dari aksi antisipatif pelaku pasar tersebut.

Tantangan berikutnya bagi Rupiah kini adalah sesi perdagangan pekan depan. Di mana sentimen dari rilis data NFP telah mendapatkan respon dari pelaku pasar global. Namun tinjauan teknikal terkini menyiratkan peluang besar bagi Rupiah untuk setidaknya mampu menenggelamkan Dolar AS hingga level psikologisnya di kisaran Rp15.000.rmol news logo article
EDITOR: ADE MULYANA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA