Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kaesang Bukan Bang Toyib, Wall Street Ancam Pulangkan IHSG

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Rabu, 04 September 2024, 16:28 WIB
Kaesang Bukan Bang Toyib, Wall Street Ancam Pulangkan IHSG
Kaesang Pangarep (kiri) bersama Jokowi
rmol news logo Sentimen dari perpolitikan nasional seakan tiada habisnya. Terbaru, belum munculnya Kaesang Pangarep di hadapan publik dalam beberapa hari terakhir menyita perhatian publik. Kasus putra Presiden Jokowi ini bermula dari penggunaan fasilitas jet pribadi menuju Amerika Serikat yang dicurigai sebagai gratifikasi.

Belum munculnya kembali Kaesang dihadapan publik, seakan mengingatkan istilah populer beberapa tahun lalu tentang sosok bang Toyib yang identik tidak pulang. Namun pernyataan terkini dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengklaim bahwa Kaesang telah berada di Jakarta  sejak 28 Agustus 2024 pagi hari dan bahkan memimpin sebuah rapat. 

Kabar kedatangan Paus Fransiskus yang semestinya bisa sedikit mendinginkan suasana, terlihat kurang berpengaruh kali ini. Menghangatnya perbincangan soal Kaesang seakan seiring dengan catatan suram dari bursa Wall Street dalam membuka sesi perdagangan September ini. Seperti diketahui, bulan September selama ini dikenal sebagai bulan yang kurang bersahabat bagi pelaku pasar. Dan gerak runtuh Indeks Wall Street dalam rentang tajam kini merisaukan investor di Asia.

Pantauan dari jalannya sesi perdagangan memperlihatkan, indeks DJIA tergerus 1,51 persen dengan menutup di 40.936,93, sementara indeks S&P500 terjungkal 2,12 persen untuk terhenti di 5.528,93, serta indeks Nasdaq yang ambruk 3,26 persen untuk berakhir di 17.136,3. Laporan lebih jauh menunjukkan, gerak turun Indeks Wall Street yang masih berlanjut hingga sesi perdagangan after hours hari ini waktu Indonesia Barat.

Pantauan lebih rinci memperlihatkan, saham-saham sektor teknologi yang kembali menjadi motor kehancuran indeks Wall Street kali ini. Setidaknya lima saham perusahaan teknologi terkemuka mengalami penurunan secara brutal. Saham Constellation Energy tercatat longsor paling parah sebesar 9,6 persen, NVIDIA Corp ambruk 9,5 persen, KLA Corp runtuh 9,5 persen, ON Semiconductor tersungkur 9,1 persen, dan Intel Corp terjungkal 8,8 persen.

Kinerja buruk Wall Street kali ini juga diwarnai dengan rilis data indeks PMI manufaktur untuk bulan Agustus yang sebesar 47,2. Kinerja tersebut merupakan kontraksi pada sektor manufaktur AS dalam 21 bulan terakhir. Besaran Indeks PMI tersebut juga masih di Bawah ekspektasi pelaku pasar di kisaran 47,5. Sementara sentimen andalan dari penurunan suku bunga oleh The Fed masih dalam penantian, investor akhirnya terseret untuk melakukan tekanan jual hingga merontokkan indeks.

Pola gerak sangat suram ini kemudian dengan mudah menjalar hingga sesi perdagangan di Asia. Pantauan terkini memperlihatkan gerak Indeks di Bursa saham utama Asia yang kompak memerah dalam rentang sangat tajam. Indeks Nikkei (Jepang) terpangkas 3,09 persen di 37.489,18, Indeks KOSPI (Korea Selatan) tergilas 2,61 persen di 2.595,17, dan indeks ASX200 (Australia) merosot 1,43 persen di 7.987,1.

Dengan bekal kepungan sentimen yang sangat suram ini, prospek tak bersahabat diyakini akan segera hinggap di bursa Saham Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang secara mengejutkan terjungkal hingga lebih dari 1 persen pada sesi perdagangan kemarin, kini sulit diharapkan untuk mampu melakukan gerak rebound teknikal.

Usai membukukan serangkaian penguatan secara mengesankan, IHSG kini sangat terancam dipulangkan kembali di kisaran level psikologisnya di 7.500 hingga 7.600.

Rupiah Kembali Rawan

Prospek dan pola tak jauh berbeda diyakini akan menghampiri pasar uang Asia. Pantauan terkini dari pasar uang global memperlihatkan, gerak nilai tukar mata uang utama dunia yang masih bergulat di level rendahnya dalam beberapa hari terakhir. Mata uang Euro dan Poundsterling terlihat kembali gagal melakukan gerak balik penguatan. Situasi yang nyaris serupa juga terjadi pada Dolar Australia dan Dolar Kanada yang sebelumnya mencoba bertahan di level terkuatnya.

Dengan bekal sentimen yang jauh dari bersahabat ini, prospek Rupiah diyakini akan sulit untuk bangkit setelah pada sesi perdagangan kemarin mampu menutup dengan flat. Minimnya sentimen dari rilis data perekonomian terkini diyakini akan kian mengukuhkan kesuraman dan pesimisme yang telah menghajar pasar global.

Secara keseluruhan, investor di pasar global kini menggantungkan pada sejumlah rilis data perekonomian AS menyangkut kinerja neraca dagang serta ketenaga kerjaan untuk setidaknya terhindar dari aksi jual panik lebih lanjut. Sesi perdagangan dua hari ke depan, oleh karenanya akan menjadi pertaruhan momentum yang sangat vital dalam menentukan arah gerak pasar.rmol news logo article
EDITOR: ADE MULYANA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA