Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kekurangan Tenaga Kerja, Sektor Perhotelan Jepang akan Rekrut Banyak Pekerja Asing

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 10 Agustus 2024, 08:07 WIB
Kekurangan Tenaga Kerja, Sektor Perhotelan Jepang akan Rekrut Banyak Pekerja Asing
Ilustrasi/Net
rmol news logo Di tengah bangkitnya sektor pariwisata, sejumlah operator hotel Jepang berencana mempekerjakan lebih banyak staf asing dalam beberapa tahun mendatang.

Perekrutan ini juga untuk mengisi kekosongan akibat pemutusan hubungan kerja di era pandemi.

Salah satunya Tokyu Resorts & Stays, yang berencana memperluas tenaga kerja kelahiran luar negerinya dari sekitar 120 menjadi 580 pada tahun 2033. Ini sejalan dengan perkembangan perusahaan yang terus membuka resor serta hotel baru.

Tokyu Resorts sebelumnya telah mendatangkan bakat dari Filipina dan Myanmar di bawah kerangka kerja ini, dan saat ini mereka berencana untuk melihat negara lain seperti Indonesia dan Nepal.

Perusahaan mengatakan bahwa mereka terutama akan mempekerjakan para pekerja ini sebagai juru masak dan pelayan di restorannya.

Untuk membantu mempertahankan karyawan asing, Tokyu Resorts merenovasi asrama untuk pelatihan kerja di sebuah resor di prefektur Nagano, dan telah memasang internet nirkabel di sana agar para peserta pelatihan dapat menghabiskan waktu luang mereka dengan lebih nyaman.

Operator lainnya, Seibu Prince Hotels Worldwide, bermaksud untuk mempekerjakan 20 persen lebih banyak pekerja asing tahun fiskal ini, serta menerima lebih banyak pekerja magang untuk posisi penuh waktu. 
Perusahaan ini juga akan menawarkan tunjangan yang lebih besar, termasuk tunjangan hidup bulanan sebesar 20.000 yen (Rp2,1 juta) dan tunjangan perjalanan hingga 100.000 yen (Rp10,8 juta) per tahun untuk dua kali perjalanan pulang.
Pengusaha perhotelan tersebut juga akan berupaya untuk mendidik pekerja asing tentang budaya Jepang. Di Shizukuishi Prince Hotel di prefektur Iwate, misalnya, pelatihan karyawan sekarang mencakup mencoba wanko soba, mi khas setempat, dan kunjungan ke tempat wisata terdekat.

“Kami berharap mereka dapat memberi tahu pengunjung Jepang tentang tidak hanya fasilitas hotel, tetapi juga apa yang ditawarkan wilayah tersebut,” kata seorang perwakilan perusahaan, seperti dikutip dari Nikkei Asia, Jumat (9/8).

Operator jaringan hotel Fujita Kanko menargetkan pekerja asing mencapai 10 persen dari total stafnya pada 2028, naik dari 8,1 persen pada akhir tahun lalu. Mei lalu, perusahaan mulai membayar subsidi sebesar 4.000 yen untuk karyawan setiap kali visa kerja mereka diperbarui.

Sektor perhotelan Jepang tengah berjuang menghadapi kekurangan tenaga kerja yang serius. Sementara data pemerintah menunjukkan lapangan kerja di industri akomodasi dan restoran mulai pulih — naik sebanyak 30.000 pekerja dalam setahun menjadi 4 juta pada bulan Juni — jumlah ini masih kurang dari 4,21 juta pada tahun 2019, sebelum pandemi.

Selain merekrut tenaga kerja dari luar negeri, pembagian uang yang dihasilkan oleh masuknya wisatawan untuk membuat pekerjaan di bidang perhotelan lebih menarik telah disebut sebagai sudut pandang penting lainnya untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja.

Gaji bulanan rata-rata di industri akomodasi dan restoran mencapai 259.000 yen (Rp28 juta) tahun lalu, terendah di antara semua industri, menurut data Kementerian Ketenagakerjaan. 

Federasi Serikat Pekerja Industri Jasa dan Pariwisata Jepang telah menetapkan tujuan jangka menengah sebesar 5,5 juta yen (Rp596,4 juta) dalam bentuk gaji tahunan untuk pekerja berusia 35 tahun, tetapi hal ini masih jauh dari kenyataan.

“Kondisi dan lingkungan kerja di industri pariwisata tidak sebaik di industri lain,” kata Asuka Sakurada, yang mengepalai federasi tersebut.

"Kami bertujuan untuk membuat industri ini lebih menarik untuk bersaing mendapatkan bakat," ujarnya. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA