Gerak indeks di rentang moderat akhirnya terjadi sebagaimana diperkirakan. Sikap optimis investor yang belum sempurna pulih dari kekhawatiran akan resesi di AS berkombinasi dengan minimnya sentimen positif yang tersedia akhirnya membuat gerak indeks terjebak dalam rentang terbatas.
Laporan terkait menyebutkan, pernyataan pimpinan raksasa keuangan global JP Morgan Chase, Jamie Dimon yang melihat masih adanya risiko perekonomian AS jatuh dalam resesi, semakin membuat investor sulit untuk beralih optimis. Sementara indeks Wall Street di sesi perdagangan sebelumnya berakhir merah, pelaku pasar di Asia akhirnya terseret mengikuti irama tersebut.
Pantauan menunjukkan, indeks Nikkei di Bursa Saham Jepang yang sempat beralih ke zona hijau setelah mengawali dengan penurunan tajam di sesi pagi. Namun kemudian secara konsisten beralih kembali ke zona merah hingga sesi perdagangan berakhir. Indeks Nikkei ditutup melemah 0,74 persen di 34.831,15. Sentimen yang muncul dari rencana buyback softbank senilai $3,4 milyar, terlihat gagal menghambat penurunan Indeks Nikkei. Gerak turun lebih moderat dibukukan indeks KOSPI (Korea Selatan) yang melemah 0,45 persen di 2.556,73. Sementara indeks ASX200 (Australia) turun sangat tipis 0,23 persen di 7.682.
Dengan situasi bursa regional yang kurang menguntungkan ini, sesi perdagangan saham di Indonesia akhirnya terjebak di rentang terbatas. Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat ragu di sepanjang sesi kali ini. Setelah membuka sesi pagi dengan menurun moderat, IHSG kemudian mencoba beralih naik tipis selama kurang lebih satu jam. IHSG kemudian kembali melemah terbatas secara konsisten hingga menjelang sesi perdagangan berkahir. IHSG akhirnya menutup sesi dengan turun 0,24 persen di 7.195,1.
Pantauan memperlihatkan, gerak turun IHSG kali ini yang dikontribusi secara signifikan saham sektor infrastruktur, namun ditahan oleh kinerja saham sektor properti. Hal ini terlihat dari Indeks saham sektor infrastruktur yang merosot 0,8 persen di 1.533,8. Sedangkan indeks Saham sektor properti melonjak tajam 1,64 persen di 656,5.
Ditinjau dari pola gerak saham-saham unggulan, IHSG juga terlihat mendapat sokongan untuk bertahan positif dari saham-saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan. Pantauan lebih rinci memperlihatkan, nyaris seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan yang mengalami penguatan. Diantaranya: BBRI naik 0,86 persen di Rp4.660, BMRI naik 0,36 persen di Rp6.800, BBCA naik 1,23 persen di Rp10.225, ASII naik 2,37 persen di Rp4.740, TLKM naik 1,06 persen di Rp2.850, serta BBNI naik 0,5 persen di Rp 5.025.
Sedangkan saham ADRO dan UNTR terpantau menurun setelah konsisten menapak zona pelemahan.
Pantauan lain juga menunjukkan gerak turun IHSG yang juga diwarnai dengan merosot nya kembali harga saham HMSP. Saham salah satu produsen rokok ternama itu turun curam hingga 3,0 persen dengan terhenti di Rp645. Harga ini sekaligus tercatat sebagai yang terendah dalam 13 tahun terakhir. Saham pabrikan rokok Djie Sam Soe itu seakan memberikan "asap" koreksi yang turut mengganggu kinerja IHSG kali ini.
Sementara tinjauan teknikal terkini saham HMSP memperlihatkan tren pelemahan yang sangat solid, di mana ini mengindikasikan peluang terjadinya penurunan harga saham lebih jauh masih sangat besar pada beberapa hari sesi perdagangan ke depan. Indikator MACD menunjukkan masih solidnya tren jual, sementara indikator ATR (true range average) masih mengukuhkan tren pelemahan.
Rupiah Tenggelamkan Dolar di Bawah Rp16.000Kabar menggembirakan akhirnya datang dari pasar uang, di mana nilai tukar Rupiah akhirnya mampu menyeret Dolar AS di bawah level psikologis penting di Rp.16.000. pantauan menunjukkan, hingga ulasan ini disunting, Rupiah terpantau konsisten diperdagangkan di kisaran Rp15.890 per Dolar AS atau melonjak tajam 0,87 persen.
Rupiah juga terpantau sempat menginjak zona pelemahan tipis, namun dalam waktu singkat beralih secara meyakinkan ke zona penguatan. Gerak menguat Rupiah terlihat seiring dengan kecenderungan yang sedang terjadi di pasar Asia. Hingga sesi perdagangan sore ini, seluruh mata uang Asia terpantau berada di zona penguatan dalam kisaran yang bervariasi, dengan Rupiah menjadi jawaranya.
Penguatan Rupiah juga terlihat seiring dengan kecenderungan di pasar global, di mana hampir seluruh mata uang utama Dunia bergerak menguat dengan dipimpin oleh Dolar Australia.
Sebagai catatan, tim riset RMOL sebelumnya telah memprediksikan kemampuan Rupiah untuk menyeret Dolar AS di bawah level Rp16.000, setelah mencermati serangkaian aspek teknikalnya. Namun kini tantangan yang membentang adalah apakah Rupiah sanggup melanjutkan gerak menguat lebih meyakinkan hingga beberapa hari ke depan.[]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: