Minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 1,85 Dolar AS, atau 2,42 persen, menjadi 78,33 Dolar AS per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 2,03 Dolar AS, atau 2,77 persen, menjadi 75,23 Dolar AS.
Cadangan minyak AS turun untuk pekan keenam beruntun, merosot 3,7 juta barel menjadi 429,3 juta barel pekan lalu. Penurunan yang terjadi melampaui ekspektasi para analis penurunan 700.000 barel.
Selain penurunan cadangan minyak AS, harga minyak dunia juga terpengaruh meningkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah.
Analis di Price Futures Group, Phil Flynn, mengatakan pasokan minyak mentah berada di bawah rata-rata sepanjang tahun ini. Pasokan sangat terbatas.
Produksi yang lebih rendah di ladang minyak Sharara yang berkapasitas 300.000 barel per hari (bpd) di Libya juga menambah kekhawatiran tentang kekurangan pasokan.
Perusahaan Minyak Nasional Libya (NOC) mengumumkan force majeure di ladang minyak Sharara mulai 7 Agustus. Mereka akan mulai mengurangi produksi di ladang tersebut secara bertahap karena adanya protes.
Ketegangan di Timur Tengah juga terus memicu kekhawatiran pasokan.
Mendukung pandangan permintaan yang bearish, data perdagangan Tiongkok, importir minyak mentah terbesar di dunia, menunjukkan bahwa impor minyak mentah harian pada bulan Juli turun ke level terendah sejak September 2022.
BERITA TERKAIT: