Seperti dikutip dari
Assosiated Press, Jumat (2/8) kebijakan ini bertujuan untuk mengerem tren penurunan Yen yang terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
BOJ sebelumnya telah mempertahankan suku bunga di bawah nol, atau dari minus 0,1 persen selama bertahun-tahun untuk menstimulus ekonomi yang stagnan.
Namun, strategi tersebut terbukti kontroversial. Pasalnya, ketika suku bunga negatif diberlakukan, masyarakat Jepang harus membayar untuk menyimpan uang di bank.
Hal ini telah digunakan oleh beberapa negara untuk mendorong masyarakat membelanjakan uangnya dibandingkan menyimpannya di bank.
Sebagai informasi, suku bunga negatif diketahui memang membantu mengakhiri deflasi yang berkepanjangan. Namun, karena upah gagal mengimbangi kenaikan harga, konsumen cenderung berbelanja sedikit, sehingga membuat Yen juga semakin melemah.
Pelemahan ini telah mendorong harga-harga di Jepang naik karena membuat impor gas, minyak, dan kebutuhan pokok lainnya menjadi lebih mahal.
Diketahui, saat ini perekonomian Jepang menyusut 2,9 persen secara tahunan pada Januari hingga Maret 2024. Sementara, harga konsumen naik 2,6 persen pada Juni dibandingkan tahun sebelumnya.
BERITA TERKAIT: