Prospek kebijakan moneter menjadi pusat perhatian investor.
Imbal hasil obligasi acuan Filipina berjangka 10 tahun telah merosot sejak awal Mei, sementara obligasi Indonesia tetap tinggi, memperlebar kesenjangan ke posisi terbesar sejak September 2022.
Imbal hasil Filipina kemungkinan bergerak lebih jauh karena Bangko Sentral ng Pilipinas (BSP) bersiap untuk pemangkasan suku bunga paling cepat pada Agustus nanti. Sementara itu defisit fiskal dan kekhawatiran mata uang membebani obligasi Indonesia.
Dikutip dari
Bloomberg, Kamis (18/7), obligasi 10 tahun Filipina dan Indonesia sama-sama menawarkan imbal hasil lebih dari 6%, merupakan yang tertinggi di antara negara-negara berperingkat layak investasi di dunia. Prospek jangka pendek untuk obligasi peso berubah semakin menguntungkan karena inflasi menurun menjadi di bawah 4 persen dari puncaknya hampir 9 persen awal tahun lalu.
Manajer reksadana pendapatan tetap di abrdn Plc, Singapura, Jerome Tay, mengatakan bahwa pasar Indonesia menjadi lebih menantang dibandingkan sebelumnya, mengacu pada kabar yang beredar seputar potensi peningkatan rasio utang terhadap produk domestik bruto Indonesia.
Utang lokal Filipina diperkirakan akan memberi investor keuntungan sebesar 2,5 persen bulan ini, yang terbanyak di Asia, menurut indeks obligasi pemerintah mata uang lokal Bloomberg.
Utang Indonesia diperkirakan akan menghasilkan pengembalian 1,7 persen selama periode yang sama, setelah mengungguli obligasi Filipina pada kuartal kedua.
Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah dan mengisyaratkan kesabaran sebelum beralih ke sikap pelonggaran di tengah tekanan depresiasi rupiah.
Namun, bank sentral mengisyaratkan mereka mungkin memiliki ruang untuk menurunkan biaya pinjaman akhir tahun ini.
BERITA TERKAIT: