Kementerian Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) akhirnya buka suara terkait pemberitaan yang beredar bahwa faktor penyebab (WIKA) merugi karena selain tingginya beban bunga dan lain-lain, adalah karena proyek kereta cepat tersebut.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga menekankan, Perusahaan bisa disebut merugi apabila proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung batal atau tak jalan sehingga tidak mendatangkan pendapatan.
Investasi ini memang tak langsung meraih keuntungan. Butuh proses agar suatu proyek itu butuh menghasilkan.
"Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana orang ada invest dulu, misalnya kau bikin rumah, rugi apa nggak? Kalau tahun pertama, gimana? Dia kan untuk bisnis. Kalau misalnya bikin rugi, itu kalau misalnya perusahaannya kereta cepatnya gak jalan," ujarnya, di Jakarta, Senin (15/7).
Target proyek transportasi tersebut adalah 60-an trayek. Sementara saat ini masih 40 trayek.
WIKA mencatatkan kerugian sebesar Rp7,12 triliun pada tahun 2023. Angka rugi itu meningkat dibandingkan pada tahun sebelumnya, yaitu Rp59,59 miliar.
Sebelumnya, Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menyebut selain tingginya beban bunga dan lain-lain, penyebab besarnya kerugian WIKA sepanjang tahun 2023 disebabkan oleh proyek kereta cepat ini.
"Ada dua komponen yang pertama adalah beban bunga yang cukup tinggi, kedua adalah beban lain-lain di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat aliasi Whoosh yang tiap tahun juga cukup besar," ujarnya saat rapat bersama Komisi VI DPR RI.
PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang menggenggam mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China ( KCIC ) sebesar 60 persen. WIKA sendiri menjadi salah satu pemegang saham PSBI dengan kepemilikan 38 persen saham.
Agung mengungkapkan, WIKA telah menggelontorkan dana yang cukup besar untuk proyek tersebut sebesar Rp 6,1 triliun.
BERITA TERKAIT: