Mengutip Reuters, Jumat (10/5), angka tersebut diketahui melonjak setelah banyaknya warga AS yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran.
Menurut laporan terbaru yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (9/5), klaim pengangguran mingguan naik dari 22.000 menjadi 231.000 pada 4 Mei kemarin.
Kenaikan tersebut merupakan yang terbesar dalam hampir empat bulan, bahkan melampaui perkiraan ekonom yang menargetkan 215.000 klaim.
Para ekonom mengaitkan lonjakan klaim tersebut terkait dengan masalah musiman setelah liburan musim semi sekolah baru-baru ini.
Namun, ada juga spekulasi yang mengatakan bahwa peningkatan tersebut terjadi akibat meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK), dengan klaim yang terutama meningkat di negara bagian seperti New York, California, Illinois, Indiana, dan Texas.
Selain itu, lowongan pekerjaan yang dilaporkan turun ke level terendah dalam tiga tahun pada bulan Maret kemarin.
“Pasar tenaga kerja menunjukkan beberapa tanda pelemahan, dengan lebih sedikitnya lowongan pekerjaan yang diumumkan di seluruh negeri, dan sekarang PHK di perusahaan meningkat, mengisyaratkan kehati-hatian di pihak perusahaan ketika mereka mempertimbangkan prospek untuk paruh kedua tahun ini,” kata kepala ekonom di FWDBONDS, Christopher Rupkey.
Perlambatan tajam di pasar tenaga kerja juga tercermin dalam survei yang dilakukan oleh Institute for Supply Management dan NFIB.
Survei tersebut menunjukkan banyak perusahaan AS yang tampaknya lebih memilih untuk mempertahankan pekerja mereka daripada merekrut karyawan baru setelah mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja selama dan setelah pandemi Covid-19.
Sementara itu, pasar keuangan saat ini tengah menantikan keputusan Bank Sentral AS, Federal Reserve mengenai kebijakan suku bunga.
Meskipun The Fed mempertahankan suku bunga pada kisaran 5,25-5,50 persen, namun spekulasi tentang penurunan suku bunga pertama tetap menjadi sorotan, dengan sejumlah ekonom memperkirakan bahwa penurunan suku bunga dapat terjadi pada Juli mendatang.
BERITA TERKAIT: