Pada perdagangan awal pekan ini, minyak mentah berjangka Brent naik 0,3 persen menjadi 85,67 dolar per barel (Rp1,3 juta).
Sementara itu, minyak mentah berjangka AS juga tercatat naik 0,3 persen menjadi 80,88 dolar (Rp1,2 juta) per barel.
Mengutip
Reuters, Presiden NS Trading Hiroyuki Kikukawa mengatakan bahwa meningkatnya ketegangan geopolitik telah menjadi penyebab naiknya harga minyak, karena kekhawatiran terhadap pasokan minyak global.
"Meningkatnya ketegangan geopolitik, ditambah dengan meningkatnya serangan terhadap fasilitas energi di Rusia dan Ukraina, serta surutnya harapan gencatan senjata di Timur Tengah meningkatkan kekhawatiran terhadap pasokan minyak global," katanya.
Berdasarkan laporan terbaru pada Minggu (24/3), Rusia telah menyerang infrastruktur penting di wilayah barat Ukraina, Lviv, dengan rudal. Selain itu, Moskow juga meluncurkan 57 rudal dan drone dalam serangan yang juga menargetkan ibu kota Kyiv.
Langkah tersebut merupakan serangan balasan terhadap Ukraina yang baru-baru ini menyerang infrastruktur minyak Rusia, yang menyebabkan setidaknya tujuh kilang Rusia menjadi sasaran drone pada bulan ini.
Sementara itu di Timur Tengah, pasukan Israel juga dikabarkan mengepung dua rumah sakit di Gaza, dengan menembaki tim medis dan menangkap 480 militan dalam bentrokan yang berkelanjutan di rumah sakit utama Al Shifa di Gaza.
Tidak hanya ketegangan geopolitik, terbatasnya pasokan minyak disebut juga disebabkan oleh menurunnya jumlah anjungan minyak (rig) Amerika Serikat (AS).
BERITA TERKAIT: