Langkah ini dilakukan sebagai upaya menghasilkan data pemantauan yang lebih akurat.
Memodernisasi alat pemantauan gunung api tersebut akan melengkapi personil yang kompeten dan tangguh yang dimiliki Badan Geologi Kementerian ESDM, seperti yang dikatakan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
"Kita sedang berupaya untuk mengoptimalkan seluruh sistem-sistem pemindaian yang ada untuk dimodernisasi. Kita akan upgrade kemampuan personel-personel yang ada di sana dan meningkatkan koordinasi dengan pemerintah setempat untuk bisa mengantisipasi dan kerja sama apabila hal-hal yang mendesak perlu segera dilaksanakan," ujar Arifin dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (16/1).
Menurut Tasrif, bencana geologi seperti gunung berapi, gempa bumi, dan tanah longsor memerlukan mitigasi untuk meminimalisir korban jiwa dengan menggunakan peralatan yang modern dan berfungsi dengan baik.
"Kita harus melakukan program-program yang lebih masif untuk bisa memonitor dan mengantisipasinya antara lain dengan memodernisasi peralatan yang dimiliki agar lebih akurat," tegas Arifin.
Selain memodernisasi 12 sistem pemantauan gunung berapi, sehingga totalnya mencapai 1.063 unit, Kementerian ESDM juga membangun enam pos pengamatan gunung berapi sehingga totalnya menjadi 19 unit.
Sepanjang 2023, Badan Geologi juga mencatat tambahan empat pemetaan Geologi Gunung Api (total 116 peta), tambahan dua pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gunung Api (total 111 peta), tambahan empat pemetaan Kawasan Rawan Bencana Gempa bumi (total 51 peta), tambahan lima pemetaan Kawasan Rawan Tsunami (total 58 peta), dan tambahan enam pemetaan Zona Kerentanan Gerakan Tanah (total 12 peta).
BERITA TERKAIT: