Hal itu yang mendorong pemerintah Indonesia meminta dukungan dari Presiden Peru agar pembentukan perjanjian perdagangan bebas kedua negara yang telah dibahas dalam minggu-minggu terakhir ini bisa segera diselesaikan.
Dikutip dari Biro Pers Sekretariat Presiden, Senin (20/11), Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Peru Dina Boluarte di San Francisco pada Kamis (16/11) untuk membahas penguatan kerja sama ekonomi kedua negara.
Pada kesempatan itu, Jokowi meminta dukungan Dina Boluarte agar perundingan pertama dapat selesai paling lambat akhir 2024, sehingga dapat diumumkan di sela-sela Pertemuan Tingkat Tinggi APEC 2024 di Peru.
Jokowi juga meminta meminta dukungan Peru untuk keberlangsungan Forum Bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC) yang akan digelar pada 2024, yang akan memperkuat kemitraan ekonomi antara Indonesia dengan kawasan tersebut.
Ia berharap dapat terbentuk dialog serta kerja sama antarnegara penghasil mineral untuk memastikan ketersediaan dan nilai tambah mineral, serta memastikan keberlanjutan rantai pasok global.
Hubungan diplomasi Indonesia dengan Peru terjalin sejak 12 Agustus 1975. Kedua negara melihat bahwa pasar di masing-masing negara merupakan pasar yang atraktif, potensial dan memiliki prospek yang baik.
Banyak investor Peru yang mencari peluang di Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) perdagangan antara Peru dan Indonesia mencapai 213,37 juta dolar pada 2011.
Neraca perdagangan sangat menguntungkan Indonesia yang memiliki komoditas ekspor utama seperti karet, olahan kayu, sepatu olahraga, kertas, garmen, onderdil sepeda motor, alumunium, kaca, keramik, plastik dan peralatan elektronik ke Peru.
Di lain pihak, Indonesia mengimpor tepung ikan, pakan ternak, obat-obatan, anggur, gandum, dan pupuk dari Peru. Pada Oktober 2013, Indonesia dan peru menandatangani nota kesepahaman (MoU) terkait dengan kerja sama pertanian.
BERITA TERKAIT: