Pengembangan
open banking sendiri harus dilakukan dengan visi dan misi, strategi dan rencana yang jelas, hingga diimplementasikan secara bertahap. Semua itu perlu dilakukan secara
top-down bukan
bottom-up.
Begitu yang disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam webinar Infobank bertajuk "Traditional Banks Vs Challenger Banks in the Era of Open Banking" pada Selasa (29/9).
"
Open banking itu intinya bagaimana sarana digital pembayaran in your fingertip, dengan gadget-gadget kita, anywhere, anytime. Bagaimana mentransformasikan pelayanan dari face to face menjadi melalui gadget. Sehingga harus top-down," jelasnya.
Digitalisasi sendiri, kata Perry, tidak sama seperti menteknologikan kegiatan perbankan, bahkan lebih jauh daripada itu.
Perry menyebut, ada empat aspek penting dalam melakukan transformasi open banking.
"Pertama adalah transformasi infrastruktur teknologi di bank-nya sendiri. Apakah data, customer, kredit, kegiatan officer sudah tersambung satu sama lain, sudah dimasukkan dalam infrastruktur," terangnya.
Selanjutnya adalah dengan membangun data warehouse menggunakan metadata. Metadata itu juga dibangun dengan Artificial Intelligent (AI) dan
big data analytic.
Kemudian mengembangkan aplikasi-aplikasi dari metadata dan omni data yang telah dikembangkan.
"Keempat, perubahan mindset, tidak hanya kapasitas sumber daya manusia. Memang banyak dari kita yang kekurangan data analys. Tapi mindsetnya itu harus di-drive top-down oleh para pemimpin," terangnya.
Terkait hal tersebut, Perry mengakui perubahan mindset menjadi tantangan di middle manager. Dalam hal ini, perubahan manajemen akan sangat penting.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: