Pertemuan ini dihadiri oleh Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Kok, serta para menteri/perwakilan dari negara penghasil minyak kelapa sawit di dunia, di antaranya Thailand, Kolombia, Nigeria, PNG, Ghana, Honduras dan Brazil.
Dalam pertemuan itu, para menteri membahas beberapa masalah penting bagi negara-negara penghasil minyak kelapa sawit. Salah satunya, bagaimana meningkatkan produktivitas petani kecil. Kemudian, pembatasan perdagangan minyak kelapa sawit di negara-negara konsumen utama, dan mengatasi masalah pasar konsumen utama.
Dalam opening remarks-nya, Airlangga mengatakan, pemerintah Indonesia menargetkan implementasi mandatori B30 yang akan dimulai pada awal 2020. Kebijakan ini telah meningkatkan harga minyak kepala sawit di atas US$600 per ton.
"Terkait hal ini, kami ingin mengajak negara penghasil kelapa sawit, untuk mengikuti langkah yang dilakukan oleh Indonesia, karena terbukti sangat efektif menstabilkan harga minyak kelapa sawit dunia,†papar Airlangga.
Airlangga juga membahas perkembangan inovatif dalam industri minyak sawit serta kemajuan
show-casing yang dibuat sejalan dengan kebutuhan global. Kemudian ada juga skema sertifikasi, proteksi lingkungan, akses pasar dan kebijakan perdagangan internasional.
"Pertemuan ini juga menyatukan dan menyepakati langkah-langkah konkret dalam menghadapi berbagai isu negatif terhadap minyak kelapa sawit," tutupnya.
BERITA TERKAIT: