Awas, Bernasib Kaya Dinosaurus

Perbankan Diancam Era Digital

Jumat, 16 November 2018, 10:31 WIB
Awas, Bernasib Kaya Dinosaurus
Sri Mulyani/Net
rmol news logo Menteri Keuangan (Men­keu) Sri Mulyani mewanti-wanti industri perbankan untuk bisa menyesuaikan perkembangan digital. Menurutnya, perbankan dari seka­rang harus ancang-ancang agar mampu bertahan di tengah munculnya pemain teknologi finansial (financial technology/fintech).

"Perbanas (Perhimpunan Bank Nasional) harus bisa memahami dan menyesuai­kan cepatnya perubahan teknologi digital. Jangan sam­pai industri perbankan harus berhadapan dengan risiko kepunahan seperti Dinosau­rus," ungkap Ani-sapaan Sri Mulyani di acara Indonesian Banking Expo (IBEX) 2018 di Jakarta, kemarin.

Ani menuturkan, digitalisasi ekonomi memang dapat memberikan dampak positif. Tetapi tidak bisa dipungkiri juga memiliki efek negatif. Perkembangan digitalisasi akan semakin menjauhkan akses keuangan pihak-pihak yang belum terpapar penetrasi keuangan.

Indeks penetrasi keuangan di Indonesia, lanjut Ani, ber­dasarkan data World Bank di Indonesia masih tertinggal dari negara lain meskipun alami peningkatan. Indeks penetrasi keuangan Indonesia tercatat sebesar 48 persen, meningkat dari posisi sebe­lumnya yang sebesar 36 persen.

"Masih ada 50 persen pop­ulasi penduduk Indonesia yang excluded (dari penetrasi keuangan). Kita masih tert­inggal dari India. Padahal kita memiliki unicorn yang diakui oleh global," ujarnya.

Untuk meminimalisir dampak negatif akibat kem­ajuan teknologi, menurut Mantan Direktur Bank Dunia ini, pelaku industri keuangan dan perbankan harus berak­selerasi dan menciptakan inovasi-inovasi baru.

Selain itu, harus bisa men­jaga kepercayaan. "Di Indus­tri keuangan, bisnis Anda ada­lah mengelola kepercayaan. Mau uangnya kartal atau digital, doesn't matter, itu adalah amanah atau properti orang yang dititipkan kepada Anda," imbuhnya.

Hal lain yang ditekankan Ani, perubahan teknologi harus bisa menjadi solusi atau opsi untuk mengakselerasi pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu pemerin­tah juga tidak bisa tinggal diam. Harus melaksanakan tugasnya dalam membuat kebijakan menghadapi era digital ini.

"Kami akan melakukan berbagai macam langkah-langkah agara perekono­mian negara bisa tetap stabil ditengah gonjang-ganjing ini," ujarnya.

Ani menyebutkan, langkah-langkah yang akan dilakukan pemerintah antara lain menu­tup defisit Anggaran Penda­patan dan Belanja Negara (APBN) 2018 dengan pener­bitan surat utang (bond).

Sementara, Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirtoatmodjo menilai, revolusi industri bukan lagi sesuatu masa depan, me­lainkan terjadi saat ini. Disebutkannya, beberapa fenomena kemajuan teknologi yang bisa memengaruhi per­bankan antara lain robotics, machine learning, block­chain, dan Artificial Intel­ligence (AI).

"Karena itu, perbankan dan masyarakat harus bisa menda­pat keuntungan bersama dari fenomena ini," ujarnya.

Dia mencontohkan pemakaian sistem AI yang bisa membantu konsumen mencari­kan solusi sebuah masalah. Per­bankan pun diajak melakukan investasi dalam inovasi ini.

"Transformasi dalam jangka panjang akan mengubah perbankan. Kedepan, masyarakat melakukan transaksi tanpa perlu cabang, cukup dengan ATM atau mobile banking tentunya akan lebih efisien dan hemat waktu," ujarnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA