"Perbanas (Perhimpunan Bank Nasional) harus bisa memahami dan menyesuaiÂkan cepatnya perubahan teknologi digital. Jangan samÂpai industri perbankan harus berhadapan dengan risiko kepunahan seperti DinosauÂrus," ungkap Ani-sapaan Sri Mulyani di acara Indonesian Banking Expo (IBEX) 2018 di Jakarta, kemarin.
Ani menuturkan, digitalisasi ekonomi memang dapat memberikan dampak positif. Tetapi tidak bisa dipungkiri juga memiliki efek negatif. Perkembangan digitalisasi akan semakin menjauhkan akses keuangan pihak-pihak yang belum terpapar penetrasi keuangan.
Indeks penetrasi keuangan di Indonesia, lanjut Ani, berÂdasarkan data World Bank di Indonesia masih tertinggal dari negara lain meskipun alami peningkatan. Indeks penetrasi keuangan Indonesia tercatat sebesar 48 persen, meningkat dari posisi sebeÂlumnya yang sebesar 36 persen.
"Masih ada 50 persen popÂulasi penduduk Indonesia yang excluded (dari penetrasi keuangan). Kita masih tertÂinggal dari India. Padahal kita memiliki unicorn yang diakui oleh global," ujarnya.
Untuk meminimalisir dampak negatif akibat kemÂajuan teknologi, menurut Mantan Direktur Bank Dunia ini, pelaku industri keuangan dan perbankan harus berakÂselerasi dan menciptakan inovasi-inovasi baru.
Selain itu, harus bisa menÂjaga kepercayaan. "Di IndusÂtri keuangan, bisnis Anda adaÂlah mengelola kepercayaan. Mau uangnya kartal atau digital, doesn't matter, itu adalah amanah atau properti orang yang dititipkan kepada Anda," imbuhnya.
Hal lain yang ditekankan Ani, perubahan teknologi harus bisa menjadi solusi atau opsi untuk mengakselerasi pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu pemerinÂtah juga tidak bisa tinggal diam. Harus melaksanakan tugasnya dalam membuat kebijakan menghadapi era digital ini.
"Kami akan melakukan berbagai macam langkah-langkah agara perekonoÂmian negara bisa tetap stabil ditengah gonjang-ganjing ini," ujarnya.
Ani menyebutkan, langkah-langkah yang akan dilakukan pemerintah antara lain menuÂtup defisit Anggaran PendaÂpatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 dengan penerÂbitan surat utang (bond).
Sementara, Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Kartika Wirtoatmodjo menilai, revolusi industri bukan lagi sesuatu masa depan, meÂlainkan terjadi saat ini. Disebutkannya, beberapa fenomena kemajuan teknologi yang bisa memengaruhi perÂbankan antara lain
robotics, machine learning, blockÂchain, dan
Artificial IntelÂligence (AI).
"Karena itu, perbankan dan masyarakat harus bisa mendaÂpat keuntungan bersama dari fenomena ini," ujarnya.
Dia mencontohkan pemakaian sistem AI yang bisa membantu konsumen mencariÂkan solusi sebuah masalah. PerÂbankan pun diajak melakukan investasi dalam inovasi ini.
"Transformasi dalam jangka panjang akan mengubah perbankan. Kedepan, masyarakat melakukan transaksi tanpa perlu cabang, cukup dengan ATM atau mobile banking tentunya akan lebih efisien dan hemat waktu," ujarnya. ***
BERITA TERKAIT: