Deputi Bidang Usaha PertamÂbangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, FaÂjar Harry Sampurno yakin betul bahwa rencana untuk kelola Blok Rokan tidak akan mengusik kinerja keuangan Pertamina. Menurut dia pendanaan masih bisa dilakukan secara bertahap.
"Untuk rencana itu kan nanti ya sekarang sedang dibahas, rencananya untuk 2021 dan pendanaanya enggak sekaligus," kata Harry usai acara diskusi di Jakarta, kemarin.
Dia juga memaparkan, kewaÂjiban yang harus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan BUMN adalah melaksanakan tugas pemerintah di sektor bidang usaÂhanya masing-masing. Karena bentuknya Perusahaan Terbatas (PT), maka harus tunduk juga dan patuh pada UU Persero. DaÂlam hal ini dia yakin Pertamina tidak akan merugi.
"Dia (BUMN) tidak boleh rugi karena ada modal negara yang dicatat oleh Kementerian Keuangan. Kalau Pertamina rugi, suÂdah pasti mengurangi pendapatan negara sehingga akan menambah beban negara," jelasnya.
Dikatakan, tugas BUMN adalah menjadi agen pembangunan, daÂlam hal ini di sektor migas. Untuk melaksanakan itu, salah satu di antaranya melakukan konsosidasi di 818 perusahaan BUMN agar menÂjadi lebih besar, kuat dan sehat.
"Sejumlah perusahaan seÂrupa di sejumlah negara juga telah melakukan konsolidasi di sektor migas. Salah satunya seperti yang dilakukan exxon dan mobile yang kemudian menjadi exxon mobile," ulasnya.
Pemerintah terus mendorong peningkatan produksi minyak dan gas bumi nasional untuk kebutuhan domestik maupun ekspor. "Ke depan kami berharap bisa produksi migas lebih banyak lagi," ujar Wakil Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu (SKK) Migas Sukandar.Upaya Pertamina mengelola Blok Rokan pun hasilnya tidak instan.
Sukandar menjelaskan, umumnya upaya mengembangkan produksi migas tidak serta merta kontrak diteken lalu langsung produksi. Dari masa eksplorasi hingga mencapai produksi perÂtama paling cepat 2-4 tahun. Bahkan, produksi gas jauh lebih rumit. Kendati ada penurunan sigÂnifikan produksi minyak bumi seÂjak Tahun 2002 sehingga IndoneÂsia tidak lagi mampu mengekspor minyak bumi, namun produksi gas bumi masih bisa dipertahankan.
"Pemerintah setidaknya meÂnahan penurunan produksi minyak bumi bahkan dalam 3-5 tahun ke depan diharapkan ada kenaikan," terangnya.
Seperti MancingPlt Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, keuangan Pertamina saat ini masih sehat. Hal itu ditunjukkan dengan tidak adanya kelangkaan BBM di Tanah Air.
"Kenapa semua orang
concern dengan
financial capability, hari ini fungsi pertama Alhamdullilah tidak ada kelangkaan. Ada keÂlangkaan di mana?" kata Nicke.
Ia mengistilahkan, investasi besar itu seperti memancing. Ketika banyak umpan yang dilempar akan semakin banyak ikan yang didapat.
"Enggak apa-apa investasi banyak, yang penting banyak yang bisa kita produksi seperti mancing tidak apa lempar banyak yang didapat bisa banyak," katanya.
Senior Vice President CorpoÂrate Strategic Growth Pertamina Daniel Purba meyakini akan ada penghematan impor minyak bumi ke depan. Penyebabnya yakni ada sumbangan produksi Blok Rokan di Riau.
Dia memperkirakan pengheÂmatan impor itu sekitar 100 ribu barel per hari (bph). Ini mengacu dari jumlah produksi Blok RoÂkan saat ini dan bagian minyak yang menjadi milik Pertamina.
Hingga semester I Tahun 2018, produksi siap jual
(liftÂing) minyak bumi Blok Rokan mencapai 207.148 barel per hari (bph). Sedangkan, bagi hasil minyak untuk Pertamina sekitar 52 persen dari produksi kotor.
Namun, penghematan itu bisa saja lebih besar jika produksi meningkat. Adapun untuk meningkatkan produksi bisa menggunakan teknologi tingkat lanjut (
Enhanced Oil Recovery/EOR). ***
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: