Corporate Secretary PT Adhi Karya (Persero) Tbk Ki SyahgoÂlang Permata menjelaskan penuÂgasan Light Rail Transit (LRT) yang digarap Adhi adalah untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek).
Hasil progres Fase I tersebut merupakan catatan per tanggal 8 Juni 2018.
"Sesuai penugasan ADHI pada Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2015 beserta perubaÂhannya, telah dilaksanakan pembangunan prasarana Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit wilayah Jabodebek tahap I," ungkap dia dalam keteranganÂnya, kemarin.
Berdasarkan catatan dari kinÂerja perseroan, progres pada setÂiap lintas pelayanannya di lapanÂgan adalah Cawang-Cibubur sebesar 60,7 persen, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas mencapai 24,8 persen dan Cawang-Bekasi Timur mencapai 35,3 persen.
Proyek sudah berjalan nyaris tiga tahun, pengerjaannya pun sudah dilakukan sejak September 2015. Pihaknya berencana fase satu ini kelar sebelum Tahun 2020. Pasalnya, pembangunan prasaÂrana LRT wilayah Jabodebek Fase I ini ditargetkan pemerintah rampung di tahun depan.
"Pelaksanaan pembangunan prasarana LRT wilayah JabodeÂbek Fase I direncanakan bisa selesai pada 2019," katanya.
Perlu diketahui, dana yang dibuÂtuhkan untuk pengerjaan wilayah Jabodebek tahap I, adalah sebesar Rp 22,8 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengaÂtakan penugasan proyek pemerÂintah ini tidak ada hambatan untuk masalah pendanaan.
Posisi kas perusahaan berkode saham ADHI ini masih cuÂkup besar setelah mendapatkan pembayaran tahap I proyek LRT Jabodetabek dari PT Kereta Api Indonesia sebesar Rp 3,5 triliun pada kuartal I-2018.
"KAI sudah siapkan dana Rp 12,5 triliun untuk LRT, tingÂgal bergulir saja. Kami sudah dapat pembayaran untuk pekerÂjaan dan sekarang kami sedang menunggu pembayaran tahap kedua untuk pekerjaan periode kuartal IV-2018 sebesar Rp 1,8 triliun dan sekarang masih diÂevaluasi BPKP," kata Budi.
Jawab KritikBelakangan proyek LRT menÂuai kritik lantaran dianggap pemborosan. Proyek bahkan memicu adanya markup anggaÂran karena terlihat adanya tiang yang tinggi dan melayang.
Kritik itu disampaikan Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah beÂberapa waktu lalu.
Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Budi Harto pun menjelaskan, selaku kontraktor proyek LRT dia menyebut pemÂbangunan proyek LRT secara elevated sudah dilakukan kajian yang mendalam.
"Termasuk juga penghitungan ruang di daerah Jakarta dan sekiÂtarnya," terangnya.
Menurut dia kajian pembanÂgunan LRT, dilakukan dua hal yakni dilakukan di bawah tanah (
underground) atau elevated (layang).
Hal tersebut dikarenakan lahan dan ruang yang tersedia di wilayah Jakarta dan sekitarnya sangat terbaÂtas, sehingga dua pilihan tersebutÂlah yang harus dilakukan.
"Di Jakarta itu sudah tidak mungkin bangun yang at grade (rata atau sejajar dengan tanah). Di sini pilihannya hanya dua, elevated atau
underground," jelas Budi.
"Jadi karena kondisi lingkunÂgan, kalau di Cibubur-Bogor itu 70 persen itu at grade, 30 persen elevated karena di sana lahan kosong masih banyak. Itu proÂgramnya sudah ada tapi belum," imbuhnya.
Lebih rinci Budi Harto menÂgungkapkan, mengenai alasanÂnya tidak membangun LRT seÂjajar dengan tanah. Menurutnya, jika LRT dibangun di bawah tanah maka akan mengganggu transportasi lainnya yang sudah lebih dahulu ada. Sebut saja sepÂerti commuter line hingga kereta komersial baik antar kota mauÂpun kereta lokal. Apalagi saat ini saja lalu lintas kereta commuter line sudah terlampau padat, sehingga jika ditambah dengan LRT akan semakin membebani lalu lintas kereta di kawasan Jabodebek. ***
BERITA TERKAIT: