"Dr Rizal Ramli punya tanggung jawab moral dan intelektual agar kasus krisis Garuda dan PLN pada tahun 2000-2001 tidak terulang kembali," kata Rizal dalam konferensi pers di Jalan Tebet Barat Dalam IV, Jakarta, Senin (25/6).
Rizal mengingat pameo yang diucapkan kalangan mantan pilot Garuda bahwa jika Indonesia kacau maka Garuda ikut kacau. Kalimat itu menunjukan bahwa karut marut yang terjadi di dalam Garuda merupakan bagian dari karut marutnya situasi perekonomian nasional.
Di balik kondisi Garuda yang mengalami kerugian selama tiga tahun berturut-turut, Rizal menyebut masalah utamanya adalah pengangkatan Direksi yang tidak berlandaskan kompetensi serta jumlah direksi yang terlalu banyak.
"Direksi hanya jadi akomodasi politik. Selain itu manajemen juga tidak berani melakukan pembatalan dan rescheduling pembelian pesawat, akibatnya Garuda rugi terus," terang eks Menko Perekonomian itu.
Berikutnya, manajemen rute penerbangan yang payah. Akhirnya, yang dilakukan manajemen hanya pemotongan biaya via cross cutting dan cross the board.
"Ini sangat berbahaya jika yang dipotong anggaran di sektor
training, padahal inti bisnis penerbangan ada di
safety," tambah dia.
Selain kerugian besar yang dialami Garuda, maskapai kebanggaan Indonesia itu juga mengalami penurunan kualitas yang akhirnya kehilangan kepercayaan dari masyarakat dalam maupun luar negeri.
[ald]