Hal itu menjadi penyebab mata uang dua negara ini terpukul paling parah pada tahun ini. Ditambah lagi faktor cadangan kas negara yang dimiliki untuk menutupi utang luar negerinya.
Demikian indeks kerentanan eksternal Moody's Investors Service, yang merupakan rasio utang jangka pendek, jatuh tempo utang jangka panjang dan deposito non-penduduk selama satu tahun dihitung sebagai proporsi cadangan devisa.
Dikutip dari
Bloomberg, indeks kerentanan eksternal Indonesia berada di posisi ketiga sebesar 51 persen dan India di posisi kedua dengan risiko 74 persen. Sedangkan negara paling berisiko adalah Malaysia.
Ada beberapa anomali dalam data yang dirilis Moody's. Ringgit Malaysia memang menguat pada tahun ini tetapi Malaysia adalah salah satu yang paling berisiko di Asia.
Sedangkan Filipina, meskipun indeks kerentanan eksternal hanya 26,6 persen, tetapi peso Filipina terbilang sebagai mata uang dengan kinerja terburuk kedua di Asia, turun hampir 5 persen terhadap dolar.
Disebutkan juga bahwa kondisi keuangan global yang lebih ketat membuat pembiayaan kembali utang luar negeri semakin berat dan menambah tekanan pada mata uang.
[ald]
BERITA TERKAIT: