Ekonom senior ini heran dengan kebijakan yang dikeluarkan Menteri Keuangan, Sri Mulyani itu. Apalagi, tidak seluruh dunia menggunakan transaksi kartu kredit.
"Saya bingung Menkeu keluarkan agar anjuran pakai
credit card. Tidak ada itu, biaya transaksi besar, tapi bunga kredit kan tinggi. Tidak ada di seluruh dunia transaksi pakai
credit card. Artinya jangan ada likuiditas
miss match," jelasnya saat memenuhi undangan Komisi XI DPR RI pada Rapat Dengar Pendapat Umum, tadi sore (Senin, 26/3).
DPR, khususnya Komisi XI, kata Rizal Ramli, harus bisa bertindak lantaran transaksi kartu kredit tak membutuhkan biaya yang lebih besar.
"Kami minta DPR, galakan dikit gitu loh. Jangan Menkeu (Sri Mulyani) bilang
prudent saja," jelasnya.
Rizal Ramli juga mengkritik Sri Mulyani tentang utang negara yang mencapai Rp4 ribu triliun. Menurut dia, Sri Mulyani kurang memiliki inovasi dalam membayar utang-utang tersebut.
Dia lalu mencontohkan langkah dia 16 tahun lalu ketika menjadi Menko Perekonomian.
"Ketika saya jadi Menko, kami tukar utang dengan utang sama Jerman. Kalau dilakukan hari ini karena isu lingkungan besar, di Eropa, Jepang dan lainnya. Mungkin bisa dapat USD5-10 miliar. Tapi pemerintah hari ini tidak kreatif kurangi beban utang," jelas Rizal Ramli.
Tak hanya itu, Rizal Ramli juga bilang, pemerintah bisa tukar utang berbunga mahal dengan murah. Seperti kerjasama ketika itu dengan Kuwait, pemerintah memberikan proyek pembangunan Jembatan Pasopati, Bandung.
"Kalau kreatif kita tidak sekedar jadi antek. Saya berikan contoh, Pakistan perangi Terorisme, enggak punya uang tapi akhirnya dikasih uang. Jadi pemerintah bisa lebih canggih, sehingga tekanan terhadap CAD tidak sebesar hari ini," tandasnya.
[sam]
BERITA TERKAIT: