Genderang perang ini ditandai dengan pernyataan Trump yang akan menerapkan bea masuk 25 persen untuk baja impor dan 10 persen untuk aluminium. Hal ini ditengarai akan memicu perang dagang dari negara lain yang terusik dengan kebijakan tersebut. Salah satunya China, salah satu negara pengekspor baja ke AS. Jika dikenakan pajak tinggi, Negeri Komunis itu sudah ancang-ancang putus hubungan dagang dengan AS. Artinya, China akan mencari pasar baru. Nah, di sinilah ekonomi kita akan kena getahnya. Kebanjiran barang China.
Efek domino terhadap Indonesia jika terjadi perang dagang diamini Menteri Keuangan Sri Mulyani. Tidak hanya kita, dunia juga berdampak. "Kebijakan ini kan masih diperdebatkan, belum ada kepastian. Namun jika terjadi retorika dengan saling membalas tarif, sejarah dunia itu kalau ada perang dagang dampaknya pasti buruk ke ekonomi dunia," kata Sri Mul di Jakarta, kemarin.
Namun Sri Mul enggan berkomentar lebih lanjut. "Di AS sendiri masih terjadi perdebatan antara Presiden Trump dengan kongres dan senatnya," pungkasnya.
Di tempat yang sama, Menko Perekonomian Darmin Nasution menyatakan, jika perang dagang terjadi Indonesia bisa kena dampak. Secara teknis, baja asal China akan membanjiri dunia, termasik Indonesia. "Sekarang kan masih dibahas kebijakan itu. Tapi memang kalau nanti berjalan, mau tidak mau baja China akan kemana-mana termasuk ke Indonesia," ujar Darmin.
China, merupakan produsen baja terbesar di dunia. Pembeli terbesarnya salah satunya adalah AS. Berdasarkan Data
World Steel Association pada 2017, produksi baja China mencapai 831,7 juta metrik ton. Sebagian besar digunakan di dalam negeri, sementara yang diekspor sebesar 95 juta ton.
Darmin mencontohkan dampak langsung ke Indonesia. Saat ini, kata Darmin, kita sedang membangun daya saing industri baja. Selain bisa memenuhi seluruh kebutuhan baja dalam negeri, diharapkan baja Indonesia bisa semakin banyak digunakan negara di dunia.
Jika baja China tak memiliki daya saing di AS, otomatis mereka akan mencari pasar baru, salah satunya Indonesia. Dengan banyaknya baja China yang masuk ke Indonesia, dikhawatirkan mempengaruhi daya saing baja Indonesia. "Tapi untuk saat ini masih terlalu dini bereaksi. Kami rapat koordinasi dulu dengan Menteri Perindustrian," pungkasnya.
Ekonom Indef, Ahmad Heri Firdaus menyebut perang dagang ini bisa membuat ekonomi kita meriang, alias panas dingin. Diharapkan, pemerintah membuat antisipasi jika perang dagang ini terjadi. "Antisipasi harus dilakukan, utamanya menjaga industri baja nasional. Jika tidak, akan menjatuhkan industri kita," ujar Heri kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Heri, industri baja nasional saat ini mulai membaik. Jika pasarnya tidak dijaga dengan tidak menuntup kran impor, maka bisa berdampak terhadap Indonesia. "Bisa jadi ASEAN jadi target pasar. Pemerintah harus melindungi industri nasional," pungkasnya.
Rencana Trump ini memang bertujuan melindungi industri dalam negeri AS dari gempuran produk asing. "Kami akan memban-gun industri baja dan industri aluminium kembali ke dalam negeri," ujar Trump dilansir
Reuters, Jumat (2/3)
Juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders mengatakan, kebijakan tarif impor baja dan alumunium secara resmi akan diumumkan pekan ini. Saat ini pemerintah sedang menyelesaikan rincian tarif impor tersebut.
Sementara, Wakil Ketua Asosiasi Industri Besi dan Baja China Li Xinch-uang mengatakan, produsen sangat marah dengan kebijakan bea masuk baja yang ditetapkan AS. Kebijakan tarif impor tersebut dianggap kebijakan pro-teksionisme yang bodoh. "Ini hanya akan membuat Amerika semakin lemah, bukan-nya semakin kuat. Kebijakan
overproteksionisme hanya akan membuat biaya konsumen meningkat," ujarnya. ***
BERITA TERKAIT: