Soenarno menghembuskan nafas terakhir dalam usia 75 tahun, pada dinihari tadi (Selasa, 6/3) di Rumah Sakit MMC, Jakarta Selatan.
Pada pukul 09.00 WIB, almarhum diterbangkan ke Solo, Jawa Tengah dan siang harinya akan dimakamkan di Pemakaman Keluarga Astana Banaran Dusun Talang Sawahan, Sukoharjo. Almarhum memiliki seorang istri Hj. Soepanti Soenarno (Almh), lima anak dan sembilan cucu.
Soenarno lahir di Purwodadi, Jawa Tengah, tanggal 19 Mei 1942, meraih gelar sarjananya pada tahun 1962 dari Fakultas Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada,gelar Dipl. HE dari IHE Delft, Belanda tahun 1977, lalu doktor bidang Teknik Sipil dari Columbia Pacific University, Amerika Serikat tahun 1982 dan S3 Program Studi Pendidikan Ekonomi Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Malang (Universitas Negeri Malang) pada tahun 1985.
Almarhum menjabat Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, Kabinet Gotong Royong semasa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz terhitung sejak 18 Agustus 2001 sampai dengan 21 Oktober 2004.
Selama berkarir sebagai pegawai negeri sipil hingga menduduki jabatan puncak kementerian, komitmennya dalam pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah untuk kesejahteraan masyarakat dirasakan manfaatnya.
Beberapa jabatan penting yang diemban almarhum sebelum menjadi menteri antara lain pemimpin proyek bendungan Karang Kates, Induk Kali Brantas dan dirjen Sumber Daya Air Kimpraswil.
Sepanjang karirnya, Soenarno menerima berbagai penghargaan atas pengabdiannya. Di antaranya, Piagam Penghargaan PELITA II (1980), Satyalancana Pembangunan (1982), Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 20 Tahun (1995), Tanda Kehormatan Satyalancana Wira Karya (1997), Piagam Penghargaan dalam Pengembangan Reformasi Sistem Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Pekerjaan Umum (1998), dan Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya 30 Tahun (2000).
Beberapa proyek infrastruktur pada masa kerja Pak Narno, begitu almarhum akrab disapa, di antaranya dimulainya pembangunan jalan tol Cikampek Purwakarta Padalarang (Cipularang), dimulainya pembangunan Jembatan Surabaya Madura (Suramadu), peresmian Bendungan Batutegi Lampung dan konservasi Pulau Nipah yang berbatasan dengan Singapura yang sebelumnya terancam hilang.
Pak Narno juga menaruh perhatian besar pada infrastruktur kerakyatan diantaranya membangun sejumlah jembatan yang menghubungkan daerah terpencil. Salah satunya adalah Jembatan Sari di Kabupaten Sragen. Berfungsinya jembatan Sari disambut gembira masyarakat karena sebelumnya menggunakan perahu untuk menyeberangi Sungai Bengawan Solo.
Saat menjabat Menteri Kimpraswil, Pak Narno berperan dalam pembentukan UU 28/2002 tentang Bangunan Gedung, UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air, UU 38/2004 tentang Jalan dan merintis penyusunan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang, termasuk dengan membentuk unit organisasi Direktorat Jenderal Penataan Ruang.
[wid/***]
BERITA TERKAIT: