Informasi mengenai Google menanamkan investasi di Go-Jek diungkapkan oleh VP Next BilÂlion Users Team Google Caesar Sengupta dalam yang berjudul
'Investing in Indonesia' yang dipublikasikan di blog Google, kemarin. Namun, dia tidak memÂbocorkan nilai investasinya.
Menurut Caesar, alasan pihaknya menanamkan investaÂsi di Go-Jek karena
startup lokal tersebut dipimpin oleh tim manajemen yang kuat dan memiliki rekam jejak yang terÂbukti menggunakan teknologi untuk membuat hidup lebih nyaman bagi orang Indonesia di seluruh negeri.
"Investasi ini memungkinkan kita bermitra dengan juara lokal yang hebat di ekosistem startup yang berkembang di Indonesia, sekaligus memperdalam komitÂmen kita terhadap ekonomi inÂternet di Indonesia," ujarnya.
Dengan berinvestasi di perusaÂhaan lokal, perseroan bisa memÂbangun produk lokal yang relevan dan melatih bakat lokal. Pihaknya berharap dapat melihat juara lokal yang lebih menakjubkan seperti Go-Jek muncul di IndoÂnesia. Apalagi, saat ini Indonesia menjadi negara terbesar kelima pengguna internet di dunia.
"Seperti biasa, kami didorong, diilhami oleh pengguna dan mitra kami untuk selalu mencari lebih banyak kesempatan untuk mendukungnya," tambahnya.
Menurutnya, Google sudah melatih hampir 60.000 orang Indonesia untuk pengembangan aplikasi mobile. Dan, untuk membantu UKM melek InterÂnet, Google juga memberikan inisiatif Gapura Digital yang telah melatih lebih dari 40.000 pemilik UKM di 10 kota.
Reuters sebelumnya menÂgungkapkan, Go-Jek kembali mendapatkan suntikan dana segar dalam jumlah yang lebih besar dari investasi sebelumnya dari Tencent. Perusahaan penyeÂdia transportasi berbasis aplikasi ini mengantongi dana segar dari Google dan beberapa rekan senilai 1,2 miliar dolar AS atau setara dengan Rp 16 triliun.
Selain Google, investor asal SinÂgapura, Temasek Holdings, KKR& Co, Warburg Pincus LLC dan platform online China Meituan-Dianping pun akan berpartisiÂpasi dalam suntikan dana tersebut. Dengan pendanaan raksasa dari Google, Gojek menjadi lebih kuat dalam persaingan industri yang sama dengan Grab dan Uber.
CEO Go-Jek Indonesia NaÂdiem Makarim belum menÂjawab telepon dan pesan
Rakyat Merdeka mengenai investasi tersebut.
Ketua Dewan Pakar Masyarakat Transportasi IndoÂnesia (MTI) Danang Parikesit menilai, Gojek, Grab, dan Uber, akan beralih ke layanan fintech. Alasannya aturan transporÂtasi online sudah makin ketat aturannya. "Sehingga mereka akan mulai mengurangi inÂvestasi di sektor transportasi dan bergerak di bidang pembayaran elektronik," ujarnya.
Beberapa indikasi yang meÂlandasi pernyataan tersebut menurut Danang lantaran tak lain tekanan dari pemodal venÂtura (Venture Capital - VC) yang memandang sektor fintech lebih menghasilkan ketimbang transportasi.
Nadiem Makarim dalam berÂbagi kesempatan mengatakan, fitur uang elektronik Go-Pay akan keluar dari ekosistem layanan Go-Jek pada 2018. Apalagi, Go-Pay telah menganÂtongi izin penyelenggara uang elektronik dari Bank Indonesia.
Go-Pay sendiri telah menjadi sarana penghimpun dana konÂsumen Go-Jek sejak akhir 2015 lalu. Dengan Go-Pay, para pengÂguna dimungkinkan untuk memÂbayar berbagai macam jasa yang tersedia dalam aplikasi Go-Jek secara nontunai tanpa membuÂtuhkan adanya kartu kredit.
Saat ini, transaksi Go-Pay telah mencapai 60 persen dari pengguÂna Go-Jek. Dia pun mengklaim, Go-Jek satu-satunya pemain digital terbesar yang punya digital wallet. ***
BERITA TERKAIT: