Menteri Rini Tawarkan Investasi Infrastruktur Indonesia Di Swiss

Bidik Sumber Pendanaan

Senin, 29 Januari 2018, 08:18 WIB
Menteri Rini Tawarkan Investasi Infrastruktur Indonesia Di Swiss
Foto/Net
rmol news logo Kementerian BUMN (Ba­dan Usaha Milik Negara) me­nawarkan investasi bidang in­frastruktur kepada investor asing asal berbagai negara seperti dari Kuwait Investment Fund, inves­tor dari Qatar, China, Azerbaijan, Malaysia, dan Norwegia saat berada di Zurich, Switzerland.

Menteri BUMN, Rini M Soe­marno di depan para investor menawarkan peluang untuk berinvestasi, khususnya dalam pengembangan infrastruktur dan konektivitas di Indonesia timur yang selama ini kurang mendapat perhatian.

"Rencana ekspansi kami me­mang terlihat ambisius. Tapi pada saat bersamaan sangat realistis," ujarnya, melalui siaran pers, akhir pekan.

Ia menjelaskan, untuk rencana pembangunan konektivitas baik di udara, laut, darat yakni dengan membangun telekomunikasi men­cakup internet dan serat optik, serta membangun pembangkit listrik.

Tidak hanya itu saja, dalam ren­cana pembangunan jangka menen­gah tahun 2015-2019, Pemerintah juga membuat ekspektasi untuk meningkatkan rasio elektrifikasi menjadi 96,6 persen.

Sehingga, pemerintah mem­bangun pembangkit listrik baru dengan kapasitas total menjadi 35.000 mega watt (MW), lalu membangun sepanjang 2.650 kilo meter (km) jalanan baru dan sepa­njang 1.800 km jalan tol baru.

"Di akhir 2014, jalan tol Indo­nesia keseluruhan hanya 780 km. Saat ini, kami membangun 1.800 km jalan tol hingga akhir 2019, yang mana lebih dari dua kali li­pat dari pencapaian pemerintahan 69 tahun terakhir," jelasnya.

Selain itu, program pembangu­nan lainnya yang tengah dikejar yakni infrastruktur bidang digital yakni dengan mengembangkan jaringan serat optik dari 112.494 kilometer di tahun 2014 menjadi 158.850 kilometer di tahun 2018.

"Dalam rangka mendorong pembangunan sektor telekomu­nikasi ini, pemerintah juga mem­bangun 152 ribu Base Transceiv­er Station (BTS)," katanya.

Bahkan, Rini juga memberi­kan contoh investasi di Indone­sia yang menarik minat investor asing yakni Komodo Bonds Jasa Marga yang diluncurkan November 2017 dan terdaftar di London Stock Exchange. Selain itu, juga ada Komodo Bonds Wijaya Karya yang baru

"Keduanya adalah obligasi berkualitas tinggi yang dikelola perusahaan BUMN yang berg­erak di bidang infrastruktur jalan tol," katanya.

Karenanya, ia memastikan Indonesia memiliki sejumlah ke­unggulan kompetitif yang banyak negara lain tidak memilikinya seperti demografi, serta tenaga kerja yang besar dan muda.

"Kami punya segmen kelas menengah yang cepat berkem­bang, serta makro ekonomi kuat dan lingkungan politik yang stabil," katanya.

Ia melanjutkan, kondisi pereko­nomian Indonesia yang terus mem­baik terlihat dari penilaian lembaga rating internasional (Moody's, S&P Global, dan Fitch Rating) yang menempatkan Indonesia se­bagai negara tujuan investasi.

"Dua tahun terakhir ini, ekonomi tumbuh di atas 5 persen dan akan terus membaik di masa yang akan datang," katanya.

Selain itu, indikator lainnya terlihat dari makro ekonomi Indo­nesia seperti neraca perdagangan yang positif dalam tiga tahun terakhir dan inflasi yang selalu terkontrol. Termasuk, indikator penting lainnya yakni tingkat kes­ejahteraan yang meningkat, angka kemiskinan menurun dari 11,7 persen pada tahun 2012 menjadi 10,1 persen di tahun 2017.

"Indonesia telah berkembang pesat. Hal ini ditunjukkan lewat indeks daya saing global, dimana menurut WEF pada tahun 2017- 2018 Indonesia menduduki posisi 36 dari 137 negara," katanya.

Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk juga mengikuti aksi PT Jasa Marga (Persero) Tbk dengan menerbitkan Global IDR Bonds atau Komodo Bonds senilai Rp 5,4 triliun. Rencananya, Komo­do Bonds WIKA yang mengalami settlement pada 31 Januari 2018 ini akan didaftarkan di Bursa Efek London (LSE-ISM) dan Bursa Efek Singapura (SGX-ST).

Direktur Utama WIKA, Bin­tang Perbowo mengatakan, Ko­modo Bonds WIKA mengalami oversubscribed (kelebihan per­mintaan) hingga hampir 250 persen atau memperoleh pe­sanan sekitar Rp13 triliun. Hal itu menunjukkan kekuatan profil risiko WIKA serta minat para in­vestor global untuk berinvestasi di sektor infrastruktur Indonesia.

"WIKA bangga telah berhasil membukukan transaksi Komodo Bonds untuk mendukung pem­bangunan infrastruktur di Indo­nesia. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan dari Kemenko Perekonomian, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, serta Kementerian BUMN dan seluruh pihak yang telah mendukung keberhasilan WIKA dalam tran­saksi Komodo Bonds ini," ka­tanya, dalam keterangan resmi di Jakarta, Kamis (25/1). ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA