Indonesia Kudu Belajar Sama Negeri Bollywood

Ekonomi Nasional Drop

Sabtu, 27 Januari 2018, 12:37 WIB
Indonesia Kudu Belajar Sama Negeri Bollywood
Foto/Net
rmol news logo Indonesia kudu belajar sama India dalam meningkatkan perekonomian. Di negeri Bollywood itu, sistem perekonomiannya telah bergeser dari tertutup bahkan cenderung sosialis, menjadi terbuka.

Hal itu dikatakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro usai menjadi pembicara kunci dalam pe­luncuran Indonesia Bureau of Economic Research (IBER) di Jakarta, kemarin.

Pertumbuhan ekonomi na­sional dalam tiga tahun terakhir memang berada pada kisaran lima persen. Pada 2018, per­tumbuhan ekonomi ditargetkan 5,4 persen.

Bambang menjelaskan, di India sistem perekonomian ter­buka terhadap peran swasta dalam perdagangan investasi dan pengelolaan ekonomi negara. Tak aneh, India kini menjadi negara dengan pertumbuhan tinggi dan bersaing dengan China yang pertumbuhan ekonominya tujuh persen per tahun.

Menurut Bambang, melalui keterbukaan, ekonomi India tidak hanya tumbuh stabil tapi juga relatif tinggi.

"Dari situ kita bisa lihat dampaknya tingkat pertumbu­han ekonomi yang realtif stabil tinggi. Stabil kita sudah, tapi masih kurang di tingginya. Kita harus lihat apa yang dilakukan India dan apa saja yang bisa diadopsi," kata Bambang.

Selain itu, kata Bambang, Indonesia juga harus mulai meli­hat sumber-sumber pertumbuhan lain, seperti keterlibatan swasta dalam pembiayaan infrastruktur karena pembangunan infrastruk­tur tidak boleh hanya mengan­dalkan APBN.

"Artinya kita harus lebih men­dorong investasi. Sudah banyak peluangnya, tinggal memperlan­car dan memperbesar investasi asing tapi sekaligus menjaga kemampuan domestik terutama perusahaan domestik," ujar Bambang.

Momentum perbaikan ekonomi harus dimanfaatkan untuk benar-benar mentransformasi ekonomi domestik, khususnya agar berorientasi nilai tam­bah, pengolahan, dan juga jasa modern. Ketergantungan terhadap sumber daya alam harus mulai dikurangi.

"Salah satu penghalang yaitu setiap kali kita menikmati harga komoditas. Fokus yang harusnya ke nilai tambah dan pengolahan tadi, sempat ketarik kembali ke sumber daya alam. Itu yang harus kita jaga jangan sampai sumber daya alam itu men- 'distract' upaya kita membuat ekonomi menjadi lebih cepat," kata Bambang.

Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto pede perekonomian Indonesia bisa kuat di tahun 2030. Setelah gencar membangun infrastruktur, pemerintah saat ini berfokus mengembang­kan kompetensi SDM, terutama di sektor industri.

"Makanya, kami telah me­luncurkan program pendidikan vokasi link and match antara sekolah menengah kejuruan dan industri," ujarnya.

Ketua Umum Partai Golkar itu juga menyampaikan bahwa Indonesia sedang memanfaat­kan era ekonomi digital sebagai solusi meningkatkan daya saing nasional, terutama di sektor in­dustri. Terlebih sektor industri menjadi andalan mendorong pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

"Aktivitas industri konsisten memberikanmultiplier effect bagi perekonomian nasional, di antaranya melalui pening­katan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan peneri­maan devisa dari ekspor," ucap Airlangga.

Sektor industri juga berkon­tribusi signifikan dari pajak dan cukai. Karena itu, untuk pengembangan manufaktur ke depan, Indonesia telah memi­liki potensi unggul dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten agar bisa menangkap peluang di era ekonomi digital saat ini.

Keunggulan yang dimaksud antara lain banyaknya perguruan tinggi serta lembaga pengeta­huan dan teknologi yang dapat menjadi pool of talents atau wa­dah pencetak SDM berbakat tersebut. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA