Hal itu dikatakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro usai menjadi pembicara kunci dalam peÂluncuran
Indonesia Bureau of Economic Research (IBER) di Jakarta, kemarin.
Pertumbuhan ekonomi naÂsional dalam tiga tahun terakhir memang berada pada kisaran lima persen. Pada 2018, perÂtumbuhan ekonomi ditargetkan 5,4 persen.
Bambang menjelaskan, di India sistem perekonomian terÂbuka terhadap peran swasta dalam perdagangan investasi dan pengelolaan ekonomi negara. Tak aneh, India kini menjadi negara dengan pertumbuhan tinggi dan bersaing dengan China yang pertumbuhan ekonominya tujuh persen per tahun.
Menurut Bambang, melalui keterbukaan, ekonomi India tidak hanya tumbuh stabil tapi juga relatif tinggi.
"Dari situ kita bisa lihat dampaknya tingkat pertumbuÂhan ekonomi yang realtif stabil tinggi. Stabil kita sudah, tapi masih kurang di tingginya. Kita harus lihat apa yang dilakukan India dan apa saja yang bisa diadopsi," kata Bambang.
Selain itu, kata Bambang, Indonesia juga harus mulai meliÂhat sumber-sumber pertumbuhan lain, seperti keterlibatan swasta dalam pembiayaan infrastruktur karena pembangunan infrastrukÂtur tidak boleh hanya menganÂdalkan APBN.
"Artinya kita harus lebih menÂdorong investasi. Sudah banyak peluangnya, tinggal memperlanÂcar dan memperbesar investasi asing tapi sekaligus menjaga kemampuan domestik terutama perusahaan domestik," ujar Bambang.
Momentum perbaikan ekonomi harus dimanfaatkan untuk benar-benar mentransformasi ekonomi domestik, khususnya agar berorientasi nilai tamÂbah, pengolahan, dan juga jasa modern. Ketergantungan terhadap sumber daya alam harus mulai dikurangi.
"Salah satu penghalang yaitu setiap kali kita menikmati harga komoditas. Fokus yang harusnya ke nilai tambah dan pengolahan tadi, sempat ketarik kembali ke sumber daya alam. Itu yang harus kita jaga jangan sampai sumber daya alam itu men- 'distract' upaya kita membuat ekonomi menjadi lebih cepat," kata Bambang.
Sementara itu, Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto pede perekonomian Indonesia bisa kuat di tahun 2030. Setelah gencar membangun infrastruktur, pemerintah saat ini berfokus mengembangÂkan kompetensi SDM, terutama di sektor industri.
"Makanya, kami telah meÂluncurkan program pendidikan vokasi link and match antara sekolah menengah kejuruan dan industri," ujarnya.
Ketua Umum Partai Golkar itu juga menyampaikan bahwa Indonesia sedang memanfaatÂkan era ekonomi digital sebagai solusi meningkatkan daya saing nasional, terutama di sektor inÂdustri. Terlebih sektor industri menjadi andalan mendorong pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
"Aktivitas industri konsisten memberikanmultiplier effect bagi perekonomian nasional, di antaranya melalui peningÂkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan peneriÂmaan devisa dari ekspor," ucap Airlangga.
Sektor industri juga berkonÂtribusi signifikan dari pajak dan cukai. Karena itu, untuk pengembangan manufaktur ke depan, Indonesia telah memiÂliki potensi unggul dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) industri yang kompeten agar bisa menangkap peluang di era ekonomi digital saat ini.
Keunggulan yang dimaksud antara lain banyaknya perguruan tinggi serta lembaga pengetaÂhuan dan teknologi yang dapat menjadi pool of talents atau waÂdah pencetak SDM berbakat tersebut. ***
BERITA TERKAIT: