Acara ini difasilitasi Kedutaan Besar Republik (KBRI) Bern-Swiss. Yang hadir dalam forum ini antara lain delegasi dari Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI), Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS), Gabungan Industri Minyak NaÂbati Indonesia (GIMNI), AsoÂsiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI), dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).
Dirjen Perdagangan Internasional Kemendag Oke Nurwan memaparkan mengenai produksi CPO Indonesia yang dihasilkan dari kegiatan yang tidak melanggar hukum baik lingkungan hidup mauÂpun hak asasi manusia.
"Pemerintah Indonesia telah mewajibkan sertifikat
IndoÂnesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sejak tahun 2011 untuk menjawab tantangan internasÂtional," katanya.
Sementara itu,
Executive Director Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Mahendra Siregar mempromosikan keunggulan produk CPO. Menurutnya, Indonesia menjamin keberÂlangsungan pasokan karena menguasai 55 persen produksi sawit dunia.
"Jumlah produksi IndoÂnesia meninggalkan MalayÂsia yang hanya 29 persen," ungkapnya.
Anggota
Swiss Asia ChamÂber of Commerce (SACC), Barbara Möckli-Schneider mengaku mendapatkan pencerahan.
"Kami mendapatkan inforÂmasi yang sangat komprehenÂsif tentang sawit Indonesia," ungkapnya.
Sementara, Duta Besar RI untuk Swiss, Linggawaty Hakim menilai, Swiss mengaÂdopsi pendekatan positif terhadap komoditas kelapa sawit khususnya dari Indonesia. Hal itu terlihat dari langkah pemerintah Swiss yang aktif menyalurkan bantuan pemÂbangunan dan pembinaan bagi produksi berkelanjutan kelapa sawit di Indonesia. ***
BERITA TERKAIT: