Pertumbuhan KPR BRI Tembus Rp 21 Triliun

Pelonggaran Kebijakan Uang Muka Mulai Berdampak Positif

Senin, 02 Oktober 2017, 10:03 WIB
Pertumbuhan KPR BRI Tembus Rp 21 Triliun
Foto/Net
rmol news logo Meski penyaluran kredit secara keseluruhan belum menunjuk­kan pertumbuhan yang sig­nifikan, namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per­tumbuhan kredit KPR sampai Agustus 2017 mencapai 10,41 persen secara tahunan (year on year/yoy). Relaksasi uang muka atau Loan To Value (LTV) Bank Indonesia pun dinilai mulai memberikan dampak.

Analis Eksekutif Departemen Pengembangan Pengawasan dan Management Krisis OJK Aslan Lubis mengatakan, tumbuhnya penyaluran KPR Agustus 2017 juga diikuti oleh pertumbuhan kredit pembelian apartemen (KPA) sebesar 9,26 persen (yoy).

"Relaksasi LTV membantu pertumbuhan kredit, khusus­nya untuk golongan menengah ke bawah. Sampai akhir 2017 diproyeksi pertumbuhan kredit KPR diproyeksi tidak berbeda jauh," ujarnya.

Menurut Aslan, selain relak­sasi LTV, pertumbuhan KPR juga didorong oleh transaksi tunai properti yang dilakukan oleh investor kakap.

Mulai bergairahnya penyalu­ran KPR ini diamini Gubernur BI Agus DW Martowardojo. Ia bilang, kenaikan KPR menun­jukkan sinyal yang baik. Apal­agi sebelumnya BI memang berkomitmen ini meningkat­kan pertumbuhan KPR melalui relaksasi LTV.

"Kita tahu saat 2014 LTV kita tetapkan, tapi di 2015-2016 kembali agak kita longgarkan. Sekarang ini kita lihat cukup banyak yang meminta KPR. Saya ingin menggarisbawahi terkait dengan LTV, kita juga pelajari ke­mungkinan terapkan LTV spasial (berbeda tiap wilaya)," ucap Agus saat ditemui Rakyat Merdeka.

Namun, lanjut Agus, aturan tersebut belum diterapkan, karena masih dikaji daerah mana atau per segmen apa yang perlu diberikan treatment khusus. "Tapi portofolio KPR kita ter­jaga dan sudah mulai bisa dit­ingkatkan," imbuh Agus.

Sebelumnya, BI mencatat re­kor pertumbuhan KPR pada Juli 2017, karena mampu menyalip pertumbuhan kredit industri. Da­lam 24 bulan terakhir, pertumbu­han KPR per Juli mencapai 8,59 persen secara tahunan atau lebih tinggi dari penyaluran kredit perbankan pada periode yang sama, sebesar 8,2 persen.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Filianingsih Hendarta menambahkan, per­tumbuhan KPR tersebut terjadi di hampir semua tipe rumah, terutama untuk KPR tipe 70-22 dan apartemen. Bahkan pertum­buhan KPR di Agustus 2017 melaju lebih kencang dibanding­kan capaian Juli. Sayangnya, ia tidak menyebutkankan besaran proyeksinya.

"Makin derasnya penyaluran KPR tak lepas dari dampak pelonggaran kebijakan uang muka properti atau LTV. Selain kebijakan LTV, tren suku bunga menunjukkan penurunan. Se­makin efisien bank, membuat bank berani menawarkan promo dan membuat tingkat bunga KPR semakin kompetitif," jelas wani­ta yang akrab disapa Fili ini.

Industri sendiri merasa terban­tu dengan adanya relaksasi LTV. Direktur Konsumer PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Randianto bilang, relaksasi LTV memberikan ruang bagi bank dan calon debitor. Selain itu BRI juga memberi promosi bunga dan menjalin kerja sama dengan perusahaan besar.

"Realisasi pertumbuhan KPR BRI sampai Agustus 2017 se­nilai Rp 21 triliun. Trennya cukup baik," katanya kepada Rakyat Merdeka.

Kendati demikian, Randi meli­hat, transmisi kebijikan relaksasi LTV masih membutuhkan waktu agar bisa berpengaruh nyata ke pertumbuhan bisnis KPR bank.

Untuk meningkatkan bisnis KPR, BRI terus melakukan promosi bunga dan kerja sama dengan perusahaan besar. Selain itu, bank juga akan merambah ke beberapa kota di beberapa daerah di Indonesia dengan me­manfaatkan jaringan BRI.

Sedikit berbeda, Direktur Kon­sumer CIMB Niaga Lani Darmawan mengaku, relaksasi LTV belum terlalu berpengaruh buat mereka. Menurutnya, peningkatan KPR karena adanya proses pengajuan yang cepat dan kerja sama dengan beberapa pihak. "Kami fokus ke cross selling nasabah CIMB Niaga," kata Lani. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA