"Tapi, BUMN sekarang sudah banyak berubah. Pertamina banÂyak order kapal (ke luar negeri), tapi kok nggak pernah ke Dok-dok kita atau ke Barata. Saya sadari, pengalaman (BUMN) beÂlum baik, jadi itu saya minta agar BUMN perkapalan ini tolong konsentrasi memperbaiki diri," ujarnya, di Jakarta, (29/9).
Rini mengingatkan kepada BUMN perkapalan dan alat berat untuk terus memperbaiki diri dan meningkatkan kualitasnya. Sehingga, kerja sama dengan pihak lain bisa dilakukan terÂmasuk dengan Pertamina.
Hal ini seiring dengan telah dilakukannya penandatanganÂan perjanjian kerjasama pembuaÂtan kapal baru antara Pertamina dengan
National Shipbuilding & Heavy Industry (NSHI) seperti PT PAL Indonesia (Persero), PT Djakarta Lloyd (Persero), PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero), PTDok Koja Bahari (Persero), PT Industri Kapal InÂdonesia (Persero) dan PT Barata Indonesia (Persero).
Menanggapi hal tersebut, DirekÂtur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina, Gigih Prakoso mengutarakan, sebelum melakukan order kapal, akan lebih dulu melakukan
checkÂing assessment terhadap fasilitas galangan kapal BUMN.
Bahkan, pihaknya bisa memÂberikan coaching (pelatihan) atau pun
guidance (petunjuk) bagaimana standarisasi yang dibutuhkan. Karenanya, ada beberapa hal yang perlu ditingÂkatkan galangan kapal BUMN.
"Yang perlu ditingkatÂkan itu dalam hal
delivery time maupun
quality. Sehingga daÂlam kerjasama yang dilakukan hari ini Pertamina bisa memÂberikan kepastian," katanya.
Ia menerangkan, pada 2018 pihaknya telah menganggarkan 200 juta dolar AS untuk pemÂbuatan kapal-kapal baru guna menunjang operasional peruÂsahaan lebih efektif dan efisien.
"Yang paling besar untuk pembangunan kapal baru. BeÂlum tahu ya berapa unit. Kalau harga satu unit itu 20 juta sampai 30 juta dolar AS, ya mungkin enam sampai tujuh," katanya.
Bangun Kapal Tanker Direktur Utama PAL IndoÂnesia, Budiman Saleh menamÂbahkan, melalui kerja sama ini, pihaknya akan membangun kaÂpal tanker hingga ukuran 30.000 DWT, repair kapal dan non kapal seperti SPM, kilang, dan sebagainya.
Ia mengucapkan terima kasih atas kepercayaan Pertamina dalam melaksanakan overhaul SPM (
single point mooning) sebanyak 16 kali sejak Tahun 2009 dengan cara penunjukkan langsung kepada PT PAL.
"Kerja sama ini dapat meninÂgkatkan kontribusi aktif BUMN perkapalan dan industri berat dalam tiga aspek pembanguÂnan di Indonesia, Kemandirian Nasional, yaitu kemandirian sektor maritim dan perhubunÂgan, kemandirian energi, dan kedaulatan pangan," katanya.
Di sisi lain, dengan adanya PMN (Penyertaan Modal NegÂara) yang diberikan pemerintah kepada BUMN perkapalan dan industri berat, telah memberikan dampak peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan keÂmampuan SDM. Sehingga sudah terlihat adanya perbaikan terhÂadap delivery time dan kualitas produk yang dihasilkan.
"Dengan modal yang kami miÂliki tersebut, kami lebih percaya diri untuk mensupport Pertamina memenuhi kebutuhan perkapalan seperti kapal-kapal Tanker, LNG carrier, LNG Feeder dan FSRU. Serta perbaikan dan pemeliÂharaan baik kapal maupun non kapal dengan mengutamakan aspek
quality, cost, dan
on time delivery serta mengedepankan asas
Good Corporate GoverÂnance," katanya.
Ia berharap, terjalinnya antara Pertamina dan NSHI bisa memÂberikan nilai tambah ke masing-masing perusahaan dan secara langsung memberikan multiflier efek terhadap kemajuan industri perkapalan di Indonesia.
"Sebab telah memberikan keÂnaikan sales BUMN perkapalan dan industri berat, peningkatan kemampuan desain, dan dampak positif dalam penghematan deÂvisa negara," tandasnya. ***
BERITA TERKAIT: