Pengusaha Batu Bara Minta Jaminan Investasi

Harga Komoditas Tambang Naik Turun

Rabu, 27 September 2017, 10:17 WIB
Pengusaha Batu Bara Minta Jaminan Investasi
Foto/Net
rmol news logo Naik turunnya harga komodi­tas pertambangan batu bara bikin pelaku usaha cemas akan investasi yang sudah ditanam­kan. Di tengah kondisi tersebut, Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) men­yarankan kepada pemerintah untuk memberi jaminan dalam berinvestasi.

Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu­bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia meyakini, kebijakan yang mampu memberi jami­nan investasi khususnya un­tuk komoditas batu bara bakal didukung oleh pelaku usaha. Pengusaha berharap iklim in­vestasi di sektor pertambangan bisa meningkat.

"Tentu kami akan mendukung kebijakan pemerintah, kondisi fluktuatif ini membuat kita agak sulit untuk membuat kalkulasi, estimasi, dan proyeksi," katanya Hendra di Jakarta, kemarin.

Dia menjelaskan, pertamban­gan merupakan industri jangka panjang, investasinya jauh ber­beda dari sektor lainnya. Hal tersebut harus diimbangi juga dengan jaminan bagi investa­sinya.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) men­etapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode September 2017 sebesar 92,03 dolar AS per ton.

"Untuk market sekarang ini masih belum terlalu yakin harga ini akan bertahan," kata Hendra.

Untuk diketahui, sepanjang tahun ini, HBAbulanan baru dua kali berada di bawah level 80 dolar AS per ton, yakni pada Juni senilai 75,46 dolar AS per ton dan Juli 78,95 dolar AS per ton.

Alhasil, harga rata-rata sepan­jang periode Januari-September 2017 pun berada di level yang positif.

Rata-rata HBA Januari-Sep­tember 2017 tercatat senilai 83,13 dolar AS per ton. Harga tersebut jauh di atas rata-rata 2016 yang hanya 61,84 dolar AS per ton.

Menurutnya, sejauh ini harga yang tinggi seperti sekarang bukan disebabkan oleh pelaku usaha. "Penyebabnya lebih ban­yak dipengaruhi faktor-faktor eksternal," katanya.

Dia menyebut, faktor terse­but luar kendali pelaku industri. Antara lain seperti tertekannya dolar AS, situasi geopolitik di Asia Timur, khususnya di Korea Utara serta kebijakan di China yang masih belum pasti.

Lebih jauh Hendra menga­takan, saat ini beberapa perusa­haan publik sudah atur strategi dengan melakukan akuisisi. Hal ini dilakukan untuk me­manfaatkan momentum harga batubara yang berada pada level positif. "Mungkin melihat kon­disi maka akuisisi bagi perusa­haan publik bisa jadi ini cara paling tepat," ungkapnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2017, nilai ekspor sebesar Indonesia tembus 15,21 miliar dolar AS dan total nilai impor sebesar 13,49 miliar dolar AS. Hal ini dipengar­uhi oleh beberapa komoditas non migas yang mengalami kenaikan dan penurunan harga.

Kepala BPS Suhariyanto men­gatakan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama Agustus 2017 terhadap Juli 2017, salah satunya batu bara. "Beberapa komoditas yang peningkatan harga batu bara, minyak kelapa sawit, minyak kernel, karet, tembaga, dan ni­kel," ujarnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA