Deputi Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan BatuÂbara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia meyakini, kebijakan yang mampu memberi jamiÂnan investasi khususnya unÂtuk komoditas batu bara bakal didukung oleh pelaku usaha. Pengusaha berharap iklim inÂvestasi di sektor pertambangan bisa meningkat.
"Tentu kami akan mendukung kebijakan pemerintah, kondisi fluktuatif ini membuat kita agak sulit untuk membuat kalkulasi, estimasi, dan proyeksi," katanya Hendra di Jakarta, kemarin.
Dia menjelaskan, pertambanÂgan merupakan industri jangka panjang, investasinya jauh berÂbeda dari sektor lainnya. Hal tersebut harus diimbangi juga dengan jaminan bagi investaÂsinya.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menÂetapkan Harga Batu Bara Acuan (HBA) periode September 2017 sebesar 92,03 dolar AS per ton.
"Untuk market sekarang ini masih belum terlalu yakin harga ini akan bertahan," kata Hendra.
Untuk diketahui, sepanjang tahun ini, HBAbulanan baru dua kali berada di bawah level 80 dolar AS per ton, yakni pada Juni senilai 75,46 dolar AS per ton dan Juli 78,95 dolar AS per ton.
Alhasil, harga rata-rata sepanÂjang periode Januari-September 2017 pun berada di level yang positif.
Rata-rata HBA Januari-SepÂtember 2017 tercatat senilai 83,13 dolar AS per ton. Harga tersebut jauh di atas rata-rata 2016 yang hanya 61,84 dolar AS per ton.
Menurutnya, sejauh ini harga yang tinggi seperti sekarang bukan disebabkan oleh pelaku usaha. "Penyebabnya lebih banÂyak dipengaruhi faktor-faktor eksternal," katanya.
Dia menyebut, faktor terseÂbut luar kendali pelaku industri. Antara lain seperti tertekannya dolar AS, situasi geopolitik di Asia Timur, khususnya di Korea Utara serta kebijakan di China yang masih belum pasti.
Lebih jauh Hendra mengaÂtakan, saat ini beberapa perusaÂhaan publik sudah atur strategi dengan melakukan akuisisi. Hal ini dilakukan untuk meÂmanfaatkan momentum harga batubara yang berada pada level positif. "Mungkin melihat konÂdisi maka akuisisi bagi perusaÂhaan publik bisa jadi ini cara paling tepat," ungkapnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Agustus 2017, nilai ekspor sebesar Indonesia tembus 15,21 miliar dolar AS dan total nilai impor sebesar 13,49 miliar dolar AS. Hal ini dipengarÂuhi oleh beberapa komoditas non migas yang mengalami kenaikan dan penurunan harga.
Kepala BPS Suhariyanto menÂgatakan, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga selama Agustus 2017 terhadap Juli 2017, salah satunya batu bara. "Beberapa komoditas yang peningkatan harga batu bara, minyak kelapa sawit, minyak kernel, karet, tembaga, dan niÂkel," ujarnya. ***
BERITA TERKAIT: