Krisis Ancam Indonesia

Peneliti AEPI:

Selasa, 26 September 2017, 10:44 WIB
Krisis Ancam Indonesia
Foto/Net
rmol news logo Pemerintahan Jokowi diingatkan agar berhati-hati dengan krisis fundamental yang sedang mengancam Indonesia.

Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Salamuddin Daeng mengung­kapkan, pendanaan infrastruk­tur menggunakan utang sampah dan uang sampah dalam jumlah besar produk pasar keuangan global, akan berakibat pada peningkatan level krisis keuangan global, yang saat ini berhadapan dengan tiga masalah fundamental. Padahal, hal ini tidak mungkin terselesaikan tanpa sebuah guncangan perang besar.

Daeng menyebutkan, krisis fundamental itu adalah, per­tama, krisis over-production. Krisis jenis ini terjadi karena kelebihan kapasitas produksi global yang tidak akan mampu diserap pasar.

"Kondisi ini akibat efisiensi luar biasa dari industri, peng­gunaan teknologi, rekayasa genetika dan penemuan-penemuan baru yang mampu memompa produksi, namun menekan penggunaan tenaga kerja dan minimalisasi upah," ujarnya.

Hampir seluruh sektor men­galami overproduksi, lan­jut Daeng, seperti pangan, energi, besi baja, elektronik, outomotif, tekstil, dan lain sebagainya. Produk-produk tersebut melimpah, namun pada sisi lain pasar tidak dapat menyerapnya. Sementara upa­ya peningkatan kapasitas pasar dengan mendorong perdagan­gan bebas, pembukaan pasar, regionalisme, tidak mendapat hasil signifikan.

Dalam kasus Indonesia, ujarnya lagi, over produksi global telah memukul industri nasional akibat liberalisasi perdagangan, penghapusan seluruh hambatan atau barrier seperti tarif dan proteksi.

"Dalam kasus Indonesia, memang ada fenomena aneh, yakni harga barang kebutuhan hidup pada tingkat global menurun, namun di Indonesia justru meningkat. Hal ini menunjukkan level pengu­rasan ekonomi dan keuangan rakyat di Indonesia yang jauh lebih dalam dibanding negara atau kawasan lain di dunia," jelas Daeng.

Krisis over produksi men­gakibatkan pertarungan yang semakin keras antara perusa­haan raksasa dalam merebut pasar. Demikian juga pertar­ungan keras negara-negara industri untuk merebut wilayah dalam menyediakan pasar bagi perusahaan-perusahaan mereka.

Over-produksi, jelas Daeng, juga mendorong negara-negara industri kembali pada protec­tionism seperti yang dijalankan Cina melalui subsidi mata uang dan politik perdagangan lain­nya, Inggris dengan Brexit dan Amerika Serikat dengan buy American product dan Eropa dengan buy European act.

Krisis fundamental ked­ua adalah krisis under-con­sumption, yakni daya beli masyarakat yang jatuh ke tempat paling rendah. Pada tingkat global terjadi kemiski­nan dan ketimpangan luar biasa di berbagai negara. Lebih dari 1,5 miliar penduduk bumi jatuh miskin. Satu miliar di antaranya benar-benar kela­paran. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA