Jepang, Taiwan & China Tertarik Ikut Garap Mobil Listrik

Bea Masuk Diusulkan 5 Persen

Kamis, 31 Agustus 2017, 08:10 WIB
Jepang, Taiwan & China Tertarik Ikut Garap Mobil Listrik
Foto/Net
rmol news logo Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melaporkan perkembangan penyusunan road map mobil listrik ke Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta, kemarin.

Dalam kesempatan itu, Airlangga mengusulkan agar bea masuk untuk kendaraan diturunkan dari 50 persen men­jadi 5 persen. Tujuannya, untuk mendorong percepatan pengem­bangan kendaraan listrik.

"Penurunan bea masuk men­jadi 5 persen itu hanya untuk perusahaan yang ingin mem­produksi mobil listrik di dalam negeri," ungkap Airlangga.

Selain itu, lanjut Airlangga, penurunan bea masuk terse­but akan mempertimbangkan perjanjian-perjanjian Free Trade Agreement.

Airlangga mengatakan, saat ini sudah banyak produsen ken­daraan dari berbagai negara telah menyampaikan ketertarikan­nya mengembangkan produksi mobil listrik di dalam negeri. Antara lain, China, Jepang, dan Taiwan.

"Mereka menyatakan bermi­nat, tinggal nanti kita lihat nanti bagaimana. Tugas kita mem­fasilitasinya," imbuhnya.

Selain produsen tersebut, lanjut Airlangga, Badan Peng­kajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) saat ini juga tengah mengembangkan proyek mobil listrik. Dia berharap, pengem­bangan tersebut tidak sekadar memproduksi, namun juga bisa memberikan manfaat.

Airlangga menyebutkan, untuk bisa mengembangkan produksi mobil listrik secara se­rius, setidaknya harus memiliki lima aspek. Yakni, pemasaran, kapasitas pabrik, ketersediaan spare part, resale value, dan permodalan.

Seperti diketahui, Kemenperin tengah menyiapkan regulasi untuk mendorong produksi mo­bil listrik di dalam negeri.

Sebelumnya, Airlangga me­nyebutkan, pihaknya menar­getkan mobil listrik sudah ber­seliweran setidaknya 20 persen sampai 2025.

Menurutnya, produsen di dalam negeri sudah menyata­kan kesiapannya memproduksi mobil listrik. Mereka sedang menunggu insentif fiskal dari pemerintah.

Airlangga memastikan, regu­lasi tidak akan mengatur soal harga jual mobil listrik. Karena, biaya produksi mobil listrik lebih tinggi ketimbang memproduksi mobil BBM. Pihaknya akan me­nyerahkan soal harga jual mobil listrik kepada masing-masing produsen. Tujuannya, agar pro­dusen berkompetisi dalam me­nawarkan harga yang terjangkau bagi masyarakat. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA