Kirim Sebanyak-Banyaknya Lulusan SMA Berbakat Belajar Di Negara Maju

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Jumat, 30 Desember 2016, 13:45 WIB
Kirim Sebanyak-Banyaknya Lulusan SMA Berbakat Belajar Di Negara Maju
Bimo Sasongko/Dok
rmol news logo Selama ini mindset bangsa Indonesia adalah ingin sekolah keluar negeri untuk program S2 atau S3 saja. Faktor inilah yang dinilai membuat Indonesia kalah tertinggal dengan negara lain.

"Kenapa bisa tertinggal, karena zaman dulu informasi tidak ada, kondisi keuangan keluarganya masih rendah, kuliah S1 di Indonesia masih murah sehingga banyak orang menganggap bahwa S2 saja keluar negerinya," ujar pendiri Euro Management Indonesia, Bimo Sasongko dalam pres rilisnya kepada wartawan, Jumat (30/12).

Bandingkan dengan zaman sekarang yang tak sulit lagi mendapat informasi, era globalisasi di mana-mana, teknologi sudah canggih, jarak tempuh pendek, mentalnya masih muda, mudah beradaptasi, dan kemampuan bahasanya lebih cepat untuk mempelajari bahasa asing. Karenanya ia merekomendasikan tamatan SMA dikirim ke negara maju untuk belajar, seperti pengalaman B.J Habibie saat masih belia.

Bimo menambahkan, saat ini pemerintah Jokowi tengah gencar gencar membangun berbagai macam infrastruktur fisik dan program rekayasa untuk memenuhi swasembada pangan. Makanya dibutuhkan SDM yang unggul dan menguasai tren global tentang riset dan teknologi terkini.

Untuk itu perlu mengirim sebanyak-banyaknya lulusan SMA berbakat untuk belajar di perguruan tinggi di negara maju. Hal ini dinilainya lebih efektif karena para lulusan SMA secara psikologis masih sangat idealis dan mudah melakukan revolusi mental saat belajar di luar negeri. Begitupun dari segi rentang usia, lulusan SMA memiliki waktu yang cukup untuk mendalami Iptek secara komprehensif.

Bimo lantas memberi gambaran keunggulan untuk mencetak SDM unggul dengan mengirimkan ke luar negeri adalah sistem pendidikan di sana yang menekanakan sistem Lab Based Education (LBE) dan ini tidak dimiliki oleh perguruan tinggi di dalam negeri. Sistem LBE adalah pendidikan yang dikaitkan dengan proyek riset atau tugas akhir di laboratorium canggih. Seperti misalnya diterapkan di University of Tokyo yang merupakan salah satu universitas ternama di Jepang.

Bimo pun menyarankan, ada baiknya pemerintah saat ini napak tilas SDM teknologi yang dahulu dipersiapkan oleh Prof.BJ.Habibie lewat beasiswa ikatan dinas kuliah di luar negeri untuk menangani transformasi industri dan teknologi berbagai bidang. Pada saat ini mereka tetap eksis dan telah menemukan jalan masing-masing untuk mengabdikan kompetensinya kepada negeri ini.

Penerima beasiswa ikatan dinas ke luar negeri searah dengan paradigma global brain circulation seperti yang dikemukakan oleh Paul Krugman penerima hadiah Nobel bidang Ekonomi.

Menurut dia, para penerima beasiswa LN yang dikirim sejak mereka lulus SMA lebih mudah menjadi sosok versatilis. Sosok itu telah menjadikan kompetensi dan pengalaman sewaktu kuliah dan magang kerja di LN sebagai modal penting untuk memecahkan berbagai persoalan bangsa.

Hal itu tidak mengherankan, jelas dia, karena sistem pendidikan di negara maju bisa menjadi problem solving yang hebat untuk berbagai kehidupan. Karena kurikulum mengalami perbaikan yang terus menerus, berkembang setiap detik dan sangat memperhatikan kerja detail.[wid]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA