Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melakukan blusukan ke Lapangan Minyak Minas di KaÂbupaten Siak, Riau, yang dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan Pembangkit Listrik TenÂaga Uap (PLTU) Tenayan Raya, Pekanbaru, akhir pekan lalu.
Dalam kesempatan itu, hadÂir juga Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi, Presiden Direktur CPI Albert Simanjutak, Direktur Bisnis Regional Sumatera PLN Amir Rosidin, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman, dan Bupati Siak Syamsuar.
Jonan yang mengenakan keÂmeja putih lengan pendek itu mengatakan, dirinya dan Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi sudah menyepakati produksi minyak 2017 naik menjadi 852 ribu bph. Sementara, daÂlam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017, produksi minyak hanya ditargetÂkan 815 ribu bph.
"Tahun ini saja produksi suÂdah mencapai 820 ribu barel per hari. Nah, saya sudah janÂjian dengan Kepala SKK Migas minimal produksi 825 ribu barel per hari. Tapi ternyata Kepala SKK belum puas, kenapa ngÂgak 852 ribu barel per hari saja saja. Ya sudah tinggal balik saja angkanya dari 825 jadi 852," ujar bekas Dirut PT Kereta Api Indonesia (KAI) ini.
Jonan menegaskan, tidak ada pemangkasan lifting minyak tahun ini meski negara-negara pengekspor minyak (
OrganizaÂtion of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) sepakat meÂmotong produksi minyaknya. Dia mengungkapkan, OPEC meminta Indonesia untuk meÂmangkas produksinya 37 ribu bph, tapi arahan Presiden Jokowi jangan.
"Biasanya kalau harga minyak naik, para kontraktor minyak akan semangat eksplorasi dan eksploitasi karena dapatnya uangnya lebih banyak. Nah untuk dampak pemangkasan produksi, Indonesia tidak ikut," papar Jonan.
Dia juga mengingatkan, penÂgoperasian industri migas harus lebih efisien. Ini merupakan tanÂtangan bersama untuk membuat produksi terus meningkat dengan biaya yang lebih efisien. Karena itu perlu terobosan, antara lain dengan penerapan skema gross split. Skema gross split lebih efisien, tidak ribet, dan tidak memperdebatkan lagi persoalan biaya-biaya dan administrasi yang panjang,†tegasnya.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengakui, angka 852 ribu bph itu merupakan kesepakÂatan yang menjadi target internal antara pihaknya dengan Menteri ESDM Ignasius Jonan.
"Kami ada pilihan mau meneÂkan pengembalian biaya operasi hulu migas atau mau menaikkan lifting? Jadi sepakat kami pilih naikkan
lifting," kata Amien
Kesepakatan menaikkan produksi minyak jauh di atas target APBNtersebut, sambungÂnya, sudah dipertimbangkan dari kemampuan perusahaan-perusahaan minyak.
Kebutuhan Listrik Riau MeningkatJonan juga mengapresiasi pembangunan PLTU Tenayan 2x110 Megawatt (MW) di Pekanbaru, Riau, yang sudah mencapai 95 persen. Dengan beroperasinya PLTU Tenayan ini, maka sistem kelistrikan Riau akan semakin kuat dalam melayani kebutuhan listrik yang terus naik dengan rata-rata 9 persen per tahun.
"Apabila PLTU Tenayan beroperasi, maka akan ada tamÂbahan 220 Megawatt, ini meruÂpakan salah satu upaya pemerÂintah untuk memenuhi pasokan listrik di Riau," aku Jonan.
Dia berharap, pasokan baÂtubara untuk PLTU Tenayan terjamin dan tidak akan terhenti. Selain itu, dia meminta, dicariÂkan alat agar konsumsi energi pembangkit ini bisa lebih hemat lagi supaya tarif listriknya bisa lebih baik lagi.
Di kesempatan yang sama, Direktur Bisnis Regional SumatÂera PLN Amir Rosidin menjelasÂkan, untuk kebutuhan batubara setiap unit PLTU Tenayan memÂbutuhkan sekitar satu juta ton per tahun. Pembangkit Tenayan mengkonsumsi 3.000 ton batuÂbara setiap bulan nya dengan kalori 3.800-4.700 kkal (kalori rendah). Sementara sumber baÂtubaranya berasal dari Jambi dan Sumatera Selatan.
Sementara itu, terkait penamÂbahan pasokan listrik untuk Riau, PLN juga telah berhasil mendapatkan tambahan pasoÂkan 3x25 MW dari Balai PunÂgut yang juga mulai beroperasi. Oleh karena itu, pasokan listrik pada tahun depan akan lebih baik bila dibandingkan dengan tahun ini.
Penambahan infrastruktur kelistrikan di Riau ini penting untuk mengimbangi peningkatan permintaan listrik yang semakin tinggi. Untuk tahun ini, saja perÂmintaan listrik meningkat hingga 9 persen. "Percepatan pembanÂgunan infrastruktur kelistrikan sangat penting untuk memenuhi permintaan energi listrik warga Riau," tukas Amir. ***
BERITA TERKAIT: