Indonesia Kehilangan Daya Saing Kalau Hoding BUMN Tak Terbentuk

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Kamis, 29 September 2016, 02:40 WIB
Indonesia Kehilangan Daya Saing Kalau Hoding BUMN Tak Terbentuk
Rhenald Kasali/Net
RMOL. Hampir semua negara memperkuat BUMN-nya dengan membentuk holding. Contohnya Singapura, Malaysia, Finlandia, Norwegia, Prancis dan masih banyak lagi. Semua membentuk holding dalam satu kesatuan, tidak dipecah-pecah.

Begitu dikatakan pakar ekonomi bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali, dalam keterangannya, Rabu (28/9).

"Mana ada BUMN yang tidak pakai holding di dunia ini?" sambungnya.

Karenanya, dia mengingatkan jika holding BUMN energi gagal dibentuk, Indonesia akan mengalami kerugian besar. "Indonesia akan kehilangan daya saing dengan bangsa-bangsa lain. Sebab bangsa lain bisa maju karena mereka menerapkan pola holding," terang Rhenald.

Selain kehilangan daya saing, kerugian lain adalah, harga gas tetap akan tinggi dan Indonesia tidak akan bisa membangun infrastruktur yang lebih luas. "Akhirnya kita harus menggunakan modal dari pihak lain, utang dari pihak lain, dan kita juga harus membeli lebih mahal. Itu kerugian secara finansial,” lanjut Rhenald.

Dia tekankan, pembentukan holding BUMN Energi juga terkait dengan persoalan bangsa. Selain agar harga energi di tanah air bisa lebih murah, juga terkait dengan semakin habisnya energi fosil sehingga gas menjadi tumpuan energi masa mendatang.

Yang menjadi persoalan, lanjut Rhenald, pada saat terjadi peralihan penggunaan energi, harga gas di Indonesia justru sangat tinggi. Di Sumut, harga bahkan bisa mencapai USD12-14 per mmbtu.  Harga tersebut, menurut Rhenald jauh lebih tinggi dibandingkan harga di luar negeri, bahkan dengan negara tetangga.

Persoalan lain, kata Rhenald, karena Masing-masing BUMN memiliki investasi sendiri-sendiri, sehingga tidak ada sinergi. "Semua itu harus diselesaikan. Dan solusinya adalah dengan holding BUMN energi,” tegas Rhenald.

Sebagai solusi bangsa, lanjutnya, holding BUMN energi bisa memecahkan dua masalah sekaligus. Pertama, biaya ekonomi yang tinggi. Dengan holding, maka persoalan itu bisa diatasi karena holding akan meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi.

Masalah kedua yang bisa diatasi melalui holding, adalah terkait leverage dari finance-nya, yakni untuk pembiayaan-pembiayaan. Dengan holding, maka aset menjadi besar dan bisa di-leverage secara finansial dan mendapat dukungan internasional sehingga Indonesia bisa menjadi kaya dan sejahtera,” kata Rhenald. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA