Direktur Utama PTDI Budi Santoso mengatakan, perseroan menargetkan perpindahan pabrik ini bisa dilakukan setelah Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka resmi beroperasi dalam tiga tahun ke depan.
"Untuk pengembangan bisnis agar lebih besar, kita membuÂtuhkan pabrik yang lebih luas. Pabrik saat ini hanya 50 hektare (ha) dan dinilai Presiden terlalu kecil, kita akan pindah ke KertaÂjati yang lahannya 200-300 ha," kata Budi.
Dia menjelaskan, pembangunan bandara Kertajati hingga kini masih berlangsung. Bandara terseÂbut ditargetkan beroperasi 2017. Bandara Kertajati akan berdiri di atas lahan 1.800 hektare. Adapun luas terminal mencapai 9.200 meter persegi di mana itu bisa meÂnampung 5-6 juta penumpang.
Ia melanjutkan, untuk kanÂtor PTDI di Bandung nantinya akan dikembalikan pada negara. Namun, kantor tersebut bisa diÂgunakan untuk penyimpanan alat utama sistem pertahanan (alutsisÂta). Karena pihaknya berencana membuat pesawat tempur.
Lokasi PTDI saat ini berada di kawasan Bandara Husein SasÂtranegara, Bandung, atau berdekaÂtan dengan Landasan Udara TNI AU Husein Sastranegara. Seluruh produksi pesawat juga bisnis dilakukan di wilayah itu, termasuk pembuatan pesawat yang ditujukan untuk pasar ekspor.
Marketing of CommunicaÂtion PTDI Nadira Ghaisani menambahkan, negara-negara yang telah menggunakan peÂsawat buatan perseroan yaitu, Thailand, Venezuela, Turki, UAE, Burkina Faso, Malaysia, Korea Selatan, Pakistan, Guam, Senegal, dan Filipina.
PTDI juga mengklaim kalau komposisi mesin pesawat yang mereka buat juga sudah didomiÂnasi buatan Indonesia.
"
Engine dan
apionic meÂmang masih impor, tapi
overall kita sudah bisa bikin sendiri ya di Bandung. Jadi total semuanya kita sudah buat sendiri," katanya.Masih adanya suku cadang yang harus diimpor dari luar negeri oleh perseroan karena, saat ini belum ada yang memiliki keahlian khusus untuk membuat mesin pesawat.
"Untuk dalam negeri kemamÂpuan itu belum ada. Sehingga, PTDI masih harus mengimpor komponen tersebut," tegas Nadira.
Dia menambahkan pesawat-pesawat buatan PTDIyang seluruhnya di didominasi buatan Indonesia yaitu CN 235 dan NC 212. Selain itu, komposisi pesawat yang diimpor biasanya berasal dari Amerika Serikat dan Swedia. ***
BERITA TERKAIT: