Kegiatan pertama dilakuÂkan Budi Karya di Yogyakarta meninjau fasilitas dan pelayanan Stasiun Tugu. Budi tiba di stasiun itu pukul 13.28 WIB. Dia didampingi Dirjen Perkeretaapian Prasetyo Boeditjahjono, Direktur Aset PT Kereta Api Indonesia (KAI) Dody Setiawan, Kepala PT KAI Daop VI Yogyakarta Hendy Helmi, dan Walikota Yogyakarta Haryadi Suyuti.
Setibanya di stasiun, dia melakukan pengecekan fasilitas antara lain ruang tunggu punumpang, tempat pemesanan tiket, dan toilet. Secara keseluruhan, Budi terlihat puas. Hanya di toilet saja membuat dahinya sedikit berkerut. Karena, ada keran bocor, sementara saluÂran air tidak lancar sehingga proses pembuangan air menjadi lambat.
Selain ngecek fasilitas, Budi Karya menyapa beberapa penumpang dan menanyakan pelayanan, sambil menyerap aspirasi. "Mau ke mana bu? Berapa harga tiketnya, kemaÂhalan nggak? Atau ada usul apa supaya lebih bagus," tanya Budi Karya.
Puput, seorang penumpang menjawab, puas dengan peÂlayanan. Hanya saja, dia usul agar fasilitas di dalam kereta api perlu diperbaiki. "Kereta apinya jelek pak. Kalau bisa diÂubah menjadi lebih baik. Nggak apa-apa harga tiket dinaikkan menjadi setingkat kelas bisnis," usul Puput.
Penumpang lainnya, Sumarti juga memiliki pandangan seÂrupa. "Pelayanan sudah baik. Tapi kereta sering terlalu penuh sampai sulit berjalan," ungkapÂnya.
Dari kunjungan ini, Budi menyimpulkan, secara umum pelayanan sudah cukup baik karena masyarakat menyatakan puas. Namun untuk kebutuhan fasilitas kereta, menurutnya, harus terus diperbaiki. Karena, kelas penumpang berbeda-beda. Ada kelas A, B, C, dan D.
Budi menilai, daya pikat kereta api sangat kuat. Masyarakat menyukai moda trasporÂtasi untuk berpergian. Oleh karena itu, pihaknya komit untuk terus mengembangkan pembangunan kereta api.
Di Yogyakarta, Budi berkeinginan mengembangkan kereta turis. Keberadaan kereta ini dipandangnya tepat mengingat Yogyakarta salah satu kota destinasi liburan. Menurutnya, kereta wisata itu nanti memiliki fasilitas selevel hotel bintang empat.
"Toiletnya bersih, tempat duduknya nyaman dan empuk. Selain itu juga ada pramugari cantik dan pramugara tampan," ungkapnya.
Dia yakin, kereta turis akan menjadi mesin uang KAI. RenÂcananya, nanti keuntungan dari operasional kereta turis akan dialokasikan untuk mensubsidi, membiayai layanan kereta api lainnya. Sehingga, kereta api lain nyaman dan terjangkau.
Usai meninjau Stasiun, Budi menyambangi UniversiÂtas Gadjah Mada (UGM). Di kampus tempatnya menimba ilmu tersebut, Budi memberikan sambutan pada acara closing ceremony Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB). Kepada para mahaÂsiswa, dia berpesan agar mereka tidak hanya mementingkan keÂcerdasan otak, tetapi juga kecerÂdasan sosial dan spiritual.
Temui Sultan Dari kampus, Budi merapat ke Keraton Yogyakarta untuk bertemu Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X membahas pembangunan bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA). Budi menyampaikan keinginannya agar proyek tersebut diperÂcepat.
Budi meniai, Sri Sultan sangat pro aktif di dalam meÂnyelesaikan masalah proses pembangunan seperti pembebasan tanah.
Dia mengklaim akhir Agustus tahun ini pembebasan tanah suÂdah dapat dilakukan.
"Angkasa Pura kita anjurkan untuk lebih cepat. Karena kalau masalah tanah selesai, teknis itu dalam kendali kita. Kita bisa me-manage itu dengan lebih cepat," pungkasnya.
Sekadar informasi, NYIA akan memiliki kapasitas empat kali lebih besar dari Bandara Adisutjipto, Sleman. NYIA mampu menampung 15 juta penumpang, dan 28 pesawat Boing 777. ***
BERITA TERKAIT: