Korea Selatan Segera Benamkan Investasi Rp 52 Triliun Di Indonesia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Minggu, 20 Desember 2015, 13:21 WIB
Korea Selatan Segera Benamkan Investasi Rp 52 Triliun Di Indonesia
Franky Sibarani/net
rmol news logo . Kunjungan delegasi RI ke Korea Selatan membuahkan berbagai hasil yang positif. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani menyampaikan bahwa Korea Selatan merupakan mitra penting investasi Indonesia. Di masa mendatang, kerjasama dalam bidang perdagangan dan investasi diharapkan terus meningkat. Menurut Franky, selama ini investasi dari Korea Selatan merupakan salah satu negara utama yang berkontribusi pada pencapaian target investasi di Indonesia.

"Sektor-sektor yang masuk juga terus berkembang tidak hanya sektor padat karya tapi juga semakin beragam. Investor dari Korea Selatan cenderung agresif dan berani mengambil keputusan. Mereka sadar dalam berinvestasi ke Indonesia, mereka harus bersaing dan berlomba dengan investor-investor lainnya yang tertarik menanamkan modalnya ke Indonesia," jelasnya dalam keterangan resmi ke media, Minggu (20/12).

Franky menambahkan hingga kini minat yang teridentifikasi dari Korea Selatan sebesar US$ 16 miliar tersebut. Dari jumlah tersebut kurang lebih US$ 4 miliar atau sekitar Rp 52 triliun (kurs dolar Rp 13.000) merupakan minat yang tergolong serius. "Karakteristik keseriusan ini ditentukan dengan frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh investor ke Indonesia, serta hasil komunikasi yang dibangun  baik oleh kantor perwakilan BKPM di Seoul maupun oleh tim Marketing Officer yang ada di Jakarta," sebutnya.

Dari nilai minat investasi yang serius sebesar US$ 4 miliar tersebut, sektor prioritas yang menjadi kontributor utama adalah sektor industri padat karya dengan minat senilai US$ 2,8 miliar, kemudian infrastruktur sebesar US$ 538 juta dan industri substitusi impor US$ 452 juta. Selain minat investasi yang serius, tim BKPM juga mengklasifikasikan minat investasi dengan kategori minat dan prospetif. "Untuk minat yang sudah direalisasikan menjadi izin prinsip tercatat US$ 616 juta terdiri dari industri padat karya US$ 257 juta, infrastruktur US$ 158 juta, dan sektor pertanian US$ 141 juta," urainya.

Terkait kunjungannya ke Korea Selatan kemarin (18-19/12), Franky menjelaskan selain adanya minat investasi dari Petrokimia senilai US$ 300 juta dan penandatanganan nota kesepahaman dengan Woori Bank, pihaknya juga mengidentifikasi adanya concern investor Korea Selatan terkait iklim investasi di Indonesia. Dalam the 2nd RI-ROK Joint Comission Meeting, beberapa isu penting juga diangkat di antaranya terkait dengan permasalahan izin tenaga kerja yang hanya 6 bulan, kemudian baja korsel yang sulit masuk karena adanya bea masuk impor dimana sebenarnya melalui ASEAN-Korsel FTA hal tersebut tidak terjadi.

"Hal ini tentu akan menjadi concern BKPM untuk berkoordinasi dengan Kementerian lainnya guna mendorong peningkatan investasi dari Korea Selatan," katanya.

Berdasarkan data BKPM, dari tahun 2010 sampai dengan kuartal ketiga tahun 2015, realisasi dari Korea Selatan mencapai hampir US$ 8 miliar yang terdiri dari lebih dari 4.000 proyek di sektor-sektor seperti industri logam, permesinan dan elektronik, industri karet, barang-barang yang terbuat dari karet serta industri plastik, pertambangan, industri kimia dan farmasi. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA