Rizal ingin PSA dalam revisi UU Migas tidak menjadi satu-satunya alat dalam kontrak migas di Tanah Air. Sebab, ia menilai skema PSA tidak masuk akal diberlakukan dalam situasi tertentu.
"Dalam prakteknya, PSA itu
cost recovery-nya naik terus kan enggak masuk akal.
Production turun tapi
cost recovery naik lebih dari dua kali. Kalau production turun,
let say cost recovery tetap atau naik satu kali saya masih tutup mata," terang Rizal saat diskusi di bilangan Darmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (19/11).
Sayangnya, ternyata SKK Migas tidak memberikan data
cost recovery yang benar dalam setiap kegiatan eksplorasi migas. Padahal, jika transparan, menurut Rizal, maka data-data terkait
cost recovery bisa lebih mudah diperoleh.
"Dalam rencana perubahan UU Migas, kita harus bahas bahwa PSA itu bukan satu-satunya cara. Banyak negara di Timur Tengah, ada asingnya, pengusaha minoritas, mayoritasnya negara. Aramco contohnya, dan lebih baik dari PSA," pungkas Rizal.
[wid]
BERITA TERKAIT: