Hal ini disampaikan Jokowi di hadapan ratusan gubernur, bupati/walikota dalam rapat kerja pemerintah 2015 di Istana Negara, Rabu (21/10). Jokowi mengakui tahun ini memang terjadi pelambatan. Tapi, dia tidak setuju jika dikatakan ekonomi saat ini sama dengan kondisi krisis tahun 1998.
"Saya ingin tunjukkan posisi-posisi (pertumbuhan), karena orang sering ditakut-takuti dengan membandingkan pada situasi 1998. Padahal sangat berbeda. Coba lihat, pertumbuhan ekonomi 1998 itu minus 13 persen. Sekarang ini kita (tumbuh) 4,7 persen. Triwulan III informasinya sudah 4,85 persen. Sudah jauh sekali," kata Jokowi dengan yakin.
Perbendaan lainnya, kata Jokowi, bisa dilihat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada krisis 1998 nilai tukar rupiah anjlok dari sekitar Rp 2.000 per dolar AS menjadi Rp 16.600. Sedangkan tahun ini nilai tukar hanya turun tipis dari Rp 12.500 per dolar AS menjadi Rp 13.700.
"Kenaikan dolar AS saat ini hanya 8 persen. Dulu, sampai 800 persen. Jangan banding-bandingkan, wah angkanya (nilai tukar rupiah saat ini) mendekati (nilai tukar pada 1998). Berangkatnya beda kok. Dulu, dari Rp 2.000 menjadi Rp 16.600," bebernya.
Dari sisi inflasi, terang Jokowi, juga jauh berbeda. Pada 1998 inflasi mencapai 82 persen. Sedangkan tahun ini bisa ditekan sampai 4 persen. Angka ini bahkan lebih baik dibanding inflasi tahun lalu yang sebesar 8,5 persen.
"Bapak/Ibu harus lihat angka. Kita ini kalau terima tamu, mereka acung jempol ke Indonesia," katanya.
[dem]
BERITA TERKAIT: