"Nilai valuasi Freeport pun sudah turun sampai 25 persen dibanding 2010," kata Rizal saat rapat bersama Badan Anggaran DPR RI, Jakarta, Selasa (13/10).
Karea kesulitan secara finansial itu, satu-satunya harapan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut untuk meraup keuntungan adalah tambang emas dan tembaga di Papua.
Masih kata Rizal Ramli, tambang Freeport di Indonesia memberikan pemasukan terbesar dibandingkan tambang Freeport di negara lain.
"Freeport sekarang lagi kepepet karena nilai valuasi turun seperempat dibanding 2010. Rugi besa 14 miliar dolar AS di Teluk Meksiko karena nggak dapat minyak. Makanya andalan pendapatan satu-satunya di Indonesia. Mereka lobi dengan cara apapun agar kontraknya diperpanjang," kata Rizal.
Momentum ini menurutnya harus dimanfaatkan pemerintah Indonesia untuk menekan Freeport, khususnya dalam renegosiasi klausul Kontrak Karya sehingga lebih menguntungkan Indonesia.
Freeport akan melakukan apapun untuk mempertahankan kontraknya di Indonesia, termasuk menerima persyaratan-persyaratan perubahan kontrak dari pemerintah Indonesia.
"Ini kesempatan emas menulis ulang sejarah. Emas, perak, dan tembaga dari Grasberg yang selama ini nyaris seluruhnya dibawa keluar oleh Freeport kini bisa lebih dinikmati untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Kita jangan kecolongan lagi," demikian Rizal.
[zul]
BERITA TERKAIT: