Direktur Utama PLN Sofyan Basir menjelaskan, anggaran sebesar Rp200 triliun itu akan dialokasikan untuk pembanguÂnan jaringan transmisi listrik pendukung program pembangkit listrik 35 ribu megawatt (MW), yang dicanangkan Presiden Joko Widodo.
"Dana sebesar itu untuk memÂbangun gardu induk, tower transmisi, berikut konstruksinya. Total hampir Rp 200 triliun, tapi alokasinya secara bertahap untuk 5 tahun ke depan," kata Sofyan.
Agar bisa mencukupi kebutuÂhan modal tersebut, PLN telah membuka peluang berbagai kalangan terlibat dalam pembanÂgunan mega proyek kelistrikan itu. Baik untuk BUMN, Pemda, pihak swasta, maupun sektor industri lainnya.
"PLN sangat terbuka. Kerja sama dengan pihak luar tentu akan menunjang dan memperÂcepat pembangunan transmisi, karena segala standarnya akan sangat terukur. Termasuk harga," kata Sofyan.
Ia menilai, dengan pembanguÂnan secara masal, membuat PLN sangat terbantu sekaligus terhinÂdar dari berbagai permasalahan yang ada di lapangan.
"Oleh karena itu kami berpikir bahwa rencana khusus yang 46 ribu km transmisi ini mudah-mudahan bisa terlaksana dalam 3-4 tahun ke depan, harus lebih cepat daripada pembangkit yang jadi nanti," tambahnya.
Dia menyebutkan, pembanguÂnan transmisi sepanjang 46 ribu km ini tidak spesifik di daerah-daerah mana saja. Melainkan di seluruh Indonesia, hanya polanya saja yang berbeda.
Sementara, untuk membiayai investasi pembangunan jaringan trasmisi tersebut, PLN sebagian besar akan mengandalkan dana pinjaman dari lembaga pembiÂayaan internasional, seperti salah satunya
Japan International CoÂoperation Agency (JICA).
"Pembiayaannya sudah ada, sebagian dari pihak luar, ada dari JICA, sudah dalam bentuk platfom. Sebagian lagi dari lokal, termasuk dana Penyertaan Modal Negara sebesar Rp 8 trilÂiun. Kalau dihitung Rp 40 triliun per tahun," ungkap Sofyan.
Sebelumnya, perusahaan setÂrum negara mengalami kerugian sebesar Rp 10,5 triliun pada semester pertama 2015. AlasanÂnya, karena nilai rupiah terhadap dolar amerika terus melemah.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menambahkan, bila proyek ini berjalan, tentunya akan memÂberikan dampak luar biasa bagi perekonomian Indonesia, apalagi industri dalam negeri.
"PLN akan menggandeng industri dalam negeri seperti industri baja, kontraktor maupun perusahan lain, baik kelas kecil hingga besar. Dari ujung ke ujung industri lokal akan hidup, apalagi dalam ekonomi yang seperti ini kan keputusan sangat baik," tegas Said.
Namun begitu, pemerintah, lanjut Said, meminta PLN saat ini tetap fokus menyediakan lisÂtrik bagi masyarakat di seluruh Indonesia.
"Pemerintah juga sudah meÂmangkas kewajiban PLN untuk membangun proyek pembangkit listrik 35.000 Megawatt (MW) dalam lima tahun ke depan. Saat ini, PLN diminta fokus menÂjadi perusahaan penyedia jasa ketenagalistrikan," ujar Said.
Saat ini, PLN hanya dibebani tugas mengerjakan pengembanÂgan listrik 5.000 MW dari kesÂeluruhan megaproyek tersebut. Ditambah lagi, hutang proyek fast track program tahap I dan II sejak tahun 2010 sebesar 7.000 MW.
Sebelumnya, dalam rencana awÂal, PLN ditugaskan membangun pembangkit berkapasitas 10.000 MW dari total 35.000 MW. PerÂseroan juga diminta membangun jaringan distribusi dan transmisi di seluruh daerah. ***